EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan kesepakatan perdagangan awal yang ditandatangani Amerika Serikat (AS) dan China akan memberikan kepastian kepada ekonomi global setelah selama beberapa bulan terjadi perang dagang. Menurut dia, dengan adanya kesepakatan dua ekonomi besar dunia itu diharapkan mengakhiri ketidakpastian yang selama ini terjadi begitu tinggi.
"Kita lihat kalau agreement ini bisa bertahan, ini merupakan suatu langkah awal yang baik," kata Sri Mulyani Indrawati setelah menghadiri Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2020 di Jakarta, Kamis (16/1).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu juga berharap agar kesepakatan dagang awal itu berkelanjutan sehingga keadaan ekonomi dunia berubah positif.
Sebelumnya, pada Rabu (15/1) Amerika Serikat dan China menandatangani kesepakatan perdagangan awal yang akan menurunkan beberapa tarif dan meningkatkan pembelian China atas produk-produk AS. Penandatanganan itu juga diharapkan akan meredakan perselisihan 18 bulan antara dua ekonomi terbesar dunia.
Beijing dan Washington mengatakan perjanjian fase satu sebagai langkah maju setelah berbulan-bulan memulai pembicaraan, dan investor menyambut berita itu dengan lega. Tetapi ada juga skeptisisme bahwa hubungan perdagangan AS-China sekarang sudah membaik.
Presiden AS Donald Trump memuji perjanjian itu sebagai kemenangan bagi ekonomi AS dan kebijakan perdagangan pemerintahannya dan mengakui perlunya negosiasi lebih lanjut dengan China untuk menyelesaikan sejumlah masalah lain.
"Bersama-sama, kami memperbaiki kesalahan masa lalu dan memberikan masa depan keadilan ekonomi dan keamanan bagi pekerja, petani, dan keluarga Amerika," kata Trump dalam sambutan yang bertele-tele di Gedung Putih bersama dengan pejabat AS dan China.
Wakil Perdana Menteri China Liu He membaca surat dari Presiden Xi Jinping di mana pemimpin China memuji kesepakatan itu sebagai tanda kedua negara dapat menyelesaikan perbedaan mereka dengan dialog.
Inti dari kesepakatan itu adalah janji oleh China untuk membeli setidaknya 200 miliar dolar AS tambahan produk pertanian AS serta barang dan jasa lainnya selama dua tahun, lebih dari 186 miliar dolar AS dalam pembelian pada 2017, demikian keterangan Gedung Putih.
Komitmen itu termasuk 52 miliar dolar AS dalam pembelian energi tambahan, 78 miliar dolar AS dalam pembelian manufaktur tambahan, 32 miliar dolar AS lebih dalam produk pertanian, dan 38 miliar dolar AS dalam jasa-jasa, menurut dokumen kesepakatan yang dikeluarkan oleh Gedung Putih.