Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Huawei mengalami tahun yang sangat penting di tahun 2019 di mana Huawei menjadi sandera dalam perang dagang antara pemerintah China dan Amerika Serikat yang masih berlangsung.
Namun, terlepas dari semua masalah, perusahaan berhasil meningkatkan pengirimannya di seluruh dunia, dan pada 2019 melakukan pengiriman 240 juta smartphone, dengan jajaran P dan Mate mengalami kenaikan hingga 50 persen setiap tahun dilansir dari GSMArena, Kamis (16/1/2020).
Baca Juga: Penerus Tahta Huawei VS Kanada Terus Jalan, Kali Ini Siapa Unggul?
Xu Zhijun, Chairman Huawei Technologies saat ini, mengungkapkan bahwa perusahaan mengharapkan pendapatan penjualan sekitar 850 miliar yuan atau sekitar Rp 1.685 triliun yang merupakan kenaikan 18 persen YoY. Namun, angka akan berada pada level yang sama sekali berbeda jika pemerintah AS tidak menekan perusahaan-perusahaan Amerika untuk berhenti berdagang dengan pabrikan China.
Zhijun mengungkapkan tujuan perusahaan pada tahun 2020 adalah untuk mengembangkan lebih jauh ekosistem layanan seluler Huawei sebagai alternatif dari solusi Google sehingga tidak harus bergantung pada mitra dari negara lain.
Alasan Huawei berkinerja buruk dalam dua belas bulan terakhir adalah kurangnya Layanan Google di smartphone Huawei baru yang sangat tidak menarik bagi pelanggan di pasar seperti Eropa Barat.
Perusahaan juga mengungkapkan bahwa mereka berhasil menjual lebih dari 2 juta unit Huawei Watch GT2 hanya dalam tiga bulan sejak pengenalan yang dapat dipakai, lebih dari satu juta headphone Huawei FreeBuds 3 dalam satu bulan dan aplikasi kesehatannya saat ini memiliki 400 pengguna bulanan dari 170 negara dan daerah.