EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk menargetkan pertumbuhan kredit sebesar sembilan persen pada tahun ini. Adapun target ini sedikit menurun dibandingkan realisasi pertumbuhan kredit BCA sepanjang 2019 sebesar 9,3 persen.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan perusahaa belum berani membidik target agresif pada tahun ini. Sebab, perusahaan masih melihat kondisi dan permintaan pembiayaan pada awal tahun.
"Pada awal kita tidak berani terlalu optimis tapi kalau permintaan besar, seperti tahun kemarin industri tumbuh 6 persen dan BCA bisa 9,3 persen. Tahun sebelumnya juga industri tumbuh 11 persen, BCA 13 persen," ujarnya kepada wartawan Kamis (16/1) malam di Jakarta.
Menurutnya pada tahun ini sektor pertambangan belum bisa menjadi andalan dalam mendongkrak kredit karena pertumbuhannya masih lemah.
"Tapi sektor atau industri lain pertumbuhannya cukup merata," ucapnya.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan pertumbuhan kredit pada 2019 tumbuh 6,08 persen atau melambat dibandingkan 2018 yang mencapai 11 persen.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menambahkan perlambatan pertumbuhan kredit disebabkan oleh melemahnya permintaan komoditas. Apalagi banyak perusahaan yang akhirnya menggunakan pendanaan bukan dari pinjaman kredit perbankan melainkan mencari pendanaan di luar negeri.
"Ada hal fundamental karena operasi kita banyak menggunakan dana dari offshore karena biayanya yang lebih murah," ucapnya.
OJK mencatat pendanaan dari luar negeri sepanjang 2019 meroket 133,6 persen dibandingkan 2018 menjadi Rp 130,4 triliun. Adapun pertumbuhan kredit tahun lalu masih ditopang oleh sektor konstruksi tumbuh 14,6 persen dan rumah tangga yang mencapai 14,6 persen. Sejalan dengan itu, kredit investasi meningkat 13,2 persen yang menunjukkan potensi pertumbuhan sektor riil ke depannya.