Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Facebook dan Baik & Company merilis studi mereka tentang aktivitas belanja online di wilayah Asia Tenggara. Riset berjudul Riding the Digital Wave: Southeast Asia's Discovery Generation melaporkan proyeksi pertumbuhan jumlah konsumen digital dan rata-rata daya beli digital di Asia Tenggara.
"Selama lima tahun ke depan, jumlah orang yang bertransaksi akan naik, tapi daya beli masyarakat jumlahnya akan lebih besar," ujar Edy Wijaya dari Bain & Company di The Hermitage, Rabu (19/2/2020).
Data studi tersebut menunjukan adanya eskalasi dari tahun ke tahun mulai dari 2015 hingga 2025 pada jumlah konsumen digital dan daya beli digital masyarakat.
Baca Juga: Batalkan Konferensi Global, Raksasa Medsos Ini Jiper sama Corona
Di 2015, jumlah konsumen digital berada pada angka 90 juta. Angka tersebut naik 2,8 kali lipat di 2018 menjadi 250 juta konsumen digital. Proyeksi di 2025 menyebut angka di 2018 akan naik sebanyak 1,2 kali lipat menjadi 310 juta.
Dari segi daya beli digital, di 2015 tercatat daya beli rata-rata masyarakat Asia Tenggara berkisar di Rp840 ribu. Angka ini naik dua kali lipat menjadi Rp1,6 jutaan di 2018. Angka itu masih tumbuh, seperti yang disebut Edy, tiga kali lipat menjadi Rp4,4 jutaan di 2025.
Baca Juga: Bangun Ekosistem Bisnis Digital, Qasir Gandeng 5 Perusahaan Ini
Di Indonesia, studi ini menunjukan konsumen digital di Indonesia berada di angka 64 juta pada 2017, kemudian naik menjadi 102 juta di 2018.
Total nilai belanja online dalam studi ini juga mengalami kenaikan dari US$13,1 miliar di 2017 menjadi US$48,3 miliar di 2025.