EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia menurunkan proyeksi pertumbuhan kredit 2020 karena virus corona baru, Covid-19. Pertumbuhan kredit 2020 diperkirakan dalam kisaran 9-11 persen, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 10-12 persen.
"Pertumbuhan kredit 2020 turun seiring dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 5,1-5,5 persen jadi 5-5,4 persen," katanya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (20/2).
Pertumbuhan kredit 2021 diproyeksikan meningkat lagi jadi 10-12 persen. Sementara untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) 2020-2021 diproyeksikan tumbuh dalam kisaran 8-10 persen.
Dari sisi kualitas, BI optimistis perbankan Indonesia punya kekuatan yang cukup untuk mempertahankan kualitas kredit. Sisi rasio kredit bermasalah (NPL) dinilai tetap rendah yakni 2,53 persen (gross) atau 1,18 persen (net).
"Ini membuktikan total NPL nasional itu rendah, bank-bank punya cadangan yang cukup untuk meliputi risiko," katanya.
Perry mengatakan BI juga melakukan penilaian terhadap korporasi-korporasi di Indonesia. Hasilnya, daya tahan korporasi dinilai masih cukup kuat. Perry mengakui kinerja keuangan korporasi memang menurun, termasuk dari sisi profitabilitas.
Namun dengan interest coverage rasio yang masih diatas satu persen, artinya korporasi Indonesia punya kemampuan bayar yang masih tinggi. Respons akomodatif BI juga dengan bauran kebijakan termasuk langkah pre-emptive.
"Kami perluas cakupan komponen pendanaan dan pebiayaan dalam rim, yakni dari kantor cabang bank di luar negeri yang diperuntukkan bagi ekonomi Indonesia, selama ini belum dihitung," katanya. Hal tersebut akan memperluas ruang gerak perbankan untuk menyalurkan kredit.