EKBIS.CO, TAIPEI – Produsen perangkat iPhone milik Apple, Foxconn, berencana membuka kembali proses produksi di pabrik utamanya di China setelah sempat terhenti akibat epidemi virus corona. Perusahaan memproyeksikan, epidemi ini juga akan menjadi faktor utama kerugian atau perlambatan pertumbuhan pendapatan sepanjang 2020.
Pernyataan tersebut muncul hanya beberapa hari setelah Apple membatalkan pedoman penjualan kuartalan Maret. Mereka menyebutkan, pabrik-pabrik di China akan mengalami perlambatan dalam produksi dibandingkan yang diprediksi semula mengingat adanya perpanjangan liburan Tahun Baru Imlek di tengah wabah corona.
Guna meminimalkan dampak virus corona, Foxconn mengatakan, pabrik-pabrik di negara lain terus beroperasi dengan kapasitas penuh. Seperti dilansir di Reuters, Kamis (19/2), Foxconn berupaya genjot produksi dari pabrik di Vietnam, India, hingga Meksiko. Mereka juga berencana melakukan ekspansi.
Di daratan China, manufaktur Foxconn harus menghadapi mimpi buruk dari sisi logistik dan produksi. Banyak pekerja yang tidak dapat kembali bekerja, terhalang oleh pembatasan perjalanan dari kawasan lain dan karantina. Pembatasan antar provinsi, kota dan kabupaten setempat juga mempersulit proses pengangkutan barang.
Foxconn tidak merinci seberapa besar dampak dari virus corona terhadap pendapatannya. Tapi, berdasarkan catatan Reuters, saham Foxconn sudah turun sekitar sembilan persen sepanjang tahun ini.
Para analis meramalkan, perusahaan asal Taiwan ini mampu menghasilkan pendapatan sekitar 11,9 miliar dolar AS sepanjang 2019, sebelum wabah corona mulai menyebar luas. Angka pasti belum disampaikan Foxconn karena mereka menunda publikasi pendapatan kuartal keempat menjadi bulan Maret.
Foxconn, yang secara resmi disebut Hon Hai Precision Industry Co Ltd, berharap, dapat memaksimalkan kembali tingkat produksi mereka di Cina di kisaran lebih dari 50 persen pada akhir Februari. Harapan ini disampaikan sebuah sumber yang memahami masalah Foxconn kepada Reuters, pekan lalu.
Sementara itu, pialang Taiwan, KGI, memperkirakan pabrik-pabrik Foxconn di Cina hanya bisa beroperasi pada tingkat 30 persen sampai 40 persen dari tingkat produksi normal pada akhir Februari. Pendapatannya pun bisa merosot 46 persen pada kuartal ini dibandingkan kuartal keempat 2019.
Kondisi tersebut berdampak pada kinerja Apple dan Huawei yang merupakan klien Foxconn. Perusahaan riset Canalys memperkirakan, 99 persen lini produksi mereka berada di Cina. Penurunan kapasitas manufaktur Foxonn diprediksi akan menurunkan penjualan Apple dan Huawei di pasar hingga 50 persen pada kuartal pertama ini.
TrendForce juga telah memangkas perkiraan produksi iPhone Apple pada kuartal ini sebesar 10 persne menjadi 41 juta unit. Mereka memperingkatkan akan merevisi lagi, menurunkan lima hingga tujuh persen, tergantung pada seberapa baik kinerja pabrikan Cina dalam meningkatkan produksi.