EKBIS.CO, JAKARTA -- BNI Syariah menyatakan, penyaluran pembiayaan menjadi tantangan utama tahun ini. Sebab, tren pertumbuhannya diperkirakan masih melambat pada 2020.
"Pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah, trennya tahun lalu dan sekarang melambat sedikit. Hanya saja tahun lalu juga heboh loh, dan Alhamdulillah kita bisa selamat sejahtera sentosa menghadapi tahun politik," ujar Pemimpin Divisi Perencanaan Strategis BNI Syariah Misbahul Munir kepada Republika.co.id di Jakarta, pada Rabu, (26/2).
Kondisi ekonomi global yang memanas tahun lalu, lanjutnya, turut memengaruhi penyaluran pembiayaan perusahaan. Meski begitu, BNI Syariah tetap bisa mencatat pertumbuhan pembiayaan sebesar 15 persen, sementara industri tumbuh sekitar 12 persen sampai 13 persen.
Pada 2020, perseroan menargetkan pembiayaan juga dapat tumbuh sebesar 15 persen. "Jadi strategi yang akan kita implementasi, memang ke yang paling kritikal di sisi pembiayaan, kita harap bisa tumbuh seimbang, sustain, maka segmennya, sektornya, proporsinya, kita atur sesuai kemampuan," jelas Munir.
Ia menuturkan, tahun ini BNI Syariah akan tetap menyalurkan pembiayaan ke segmen konsumtif dan produktif. Porsi masing-masing sebesar 47 persen dan 53 persen.
Pada segmen produktif, ujar dia, BNI Syariah bakal fokus menyalurkan ke sektor healthcare halal serta pendidikan halal. "Karena pendidikan nggak akan terkena dampak macam-macam, orang tetap kuliah saja. Tidak rentan terhadap berbagai macam gejolak, sekarang kita bicara virus corona, liga Italia sudah di postponed, sekolah di Korea sudah diliburkan, semoga di Indonesia tetap aman," harapnya.
Ia melanjutkan, rantai sekolah Islam di Tanah Air pun sudah terbentuk, ada yang dikelola Jaringan Sekolah Islam Terpadu, Muhammadiyah, serta Nahdlatul Ulama (NU). "Kita bertanya simpel, kalau sudah jelas begitu, pairing mereka siapa yang pas? Ya mestinya kami-kami yang harus layani, kan punya view sama," jelas Munir.
Dirinya melanjutkan, sektor healthcare halal pun difokuskan karena masyarakat selalu membutuhkan layanan kesehatan. "Namun perlu hari-harinya adalah bagaimana bicara cashflow. Ini terkait banyaknya jaminan kesehatan, dan sebagainya," ujar Munir.
BNI Syariah, tegasnya, akan pula melanjutkan pembiayaan ke pembangunan infrastruktur pemerintah, baik yang jangka menengah maupun panjang. "Tapi kita sesuaikan sizing-nya, jangan sampai tidak sesuai kapasitas," tutur dia.
Munir menjelaskan, tidak mudah menyalurkan pembiayaan, karena perusahaan harus berhati-hati supaya kualitasnya tidak terganggu. Jika sampai terganggu, ujarnya, rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing bisa naik.
"NPF BNI Syariah sekarang di level tiga persen. Kalau industri kurang lebih 3,5 persen. NPL bank konvensional sudah di level dua koma (persen), karena NPF bank syariah lebih tinggi, berarti lebih berisiko," ujarnya.