Selasa 10 Mar 2020 16:43 WIB

Pembangunan Bandara Kediri Akan Dimulai April 2020

Bandara Kediri dibangun melalui kerja sama AP I dan anak usaha Gudang Garam

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama AP I Faik Fahmi (kiri) dan Direktur Gudang Garam Istata T Siddharta (kanan) dalam penandatanganan nota kesepahaman pembangunan bandara Dhoho Kediri di Pelataran Menteng, Jakarta, Selasa (10/3).(Republika/Muhammad Nursyamsi)
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Direktur Utama AP I Faik Fahmi (kiri) dan Direktur Gudang Garam Istata T Siddharta (kanan) dalam penandatanganan nota kesepahaman pembangunan bandara Dhoho Kediri di Pelataran Menteng, Jakarta, Selasa (10/3).(Republika/Muhammad Nursyamsi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Angkasa Pura I (Persero) berencana melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking pembangunan bandara Kediri di Jawa Timur pada 15 April mendatang. Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengatakan perusahaan menggandeng anak usaha PT Gudang Garam Tbk yakni PT Surya Dhoho Investama dalam membangun dan mengelola bandara Kediri.

"Kita akan menandatangani rencana kerja sama Bandara Kediri. Bagian sulitnya bagaimana merealisasikan MoU hingga tahap penyelesaian. 15 April kita lakukan groundbreaking," ujar Faik saat penandatangan nota kesepahaman di Pelataran Menteng, Jakarta, Selasa (10/3).

Baca Juga

Faik menyebut kerja sama pembangunan bandara Kediri merupakan bagian dari rencana strategis AP I yang saat ini sedang aktif meningkatkan kapasitas bandara eksisting. Faik menilai kehadiran bandara Kediri akan mampu menopang kebutuhan masyarakat mengingat kapasitas bandara-bandara di Jawa Timur sudah begitu padat.

Faik menyampaikan kondisi kapasitas bandara Juanda, Sidoarja, akan mencapai tahap maksimal dengan 21 juta penumpang per tahun pascaselesainya pengembangan terminal I.

"Memang perlu dipikirkan alternatif bandara di Jatim untuk mendukung pertumbuhan trafik dan ekonomi. Persoalannya  dari keterbatasan kapasitas di Juanda karena sekarang ini pun permintaan ke wilayah Jatim perlu diakomodir dengan bandara yang lebih luas lagi," ucap Faik.

Faik memaparkan bandara Kediri diharapkan menjadi alternatif atas keterbatasan kapasitas di bandara-bandara yang ada di Jatim. Bandara Kediri nantinya dirancang  dengan landasan pacu sepanjang 3.300 meter agar bisa didarati pesawat berbadan besar. Faik menargetkan pembangunan bandara Kediri selesai dalam kurun waktu dua tahun.

"Kapasitas penumpangnya kita siapkan 1,5 juta penumpang per tahun dan akan terus kita tingkatkan sampai sekitar 5 juta penumpang per tahun," kata Faik.

Faik optimistis kerja sama dengan Gudang Garam dalam pembangunan dan pengelolaan bandara Kediri akan berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi wilayah sekitar.

Faik menjelaskan nota kesepahaman menjadi landasan bagi AP I dan Gudang Garam dalam menyusun kajian model yang paling tepat sesuai dengan kompetensi masing-masing hingga hal-hal yang lebih detail. Selain dengan Gudang Garam, lanjut Faik, AP I juga berharap adanya dukungan dari pemerintah daerah dalam menyiapkan aksesibilitas menuju bandara.

"Untuk pendanaan ada di PT Gudang Garam tapi bentuknya nanti akan dibahas secara bersama. Jadi MoU ini dasar kita menyusun pola kerja sama yang paling baik dengan prinsip kerja sama win win solution sesuai dengan aspirasi pemegang saham," ucap Faik.

Direktur Gudang Garam Istata T Siddharta menyambut positif kerja sama ini. Ia meyakini kerja sama ini akan memberikan sinergi yang baik antara kedua belah pihak. Istata menyebut nilai invetasi relatif lebih rendah dibandingkan perkiraan awal.

"Nilai investasi tadinya Rp 1 triliun hingga Rp 10 triliun, tapi sekarang kita melihat bisa di Rp 6 triliun hingga Rp 9 triliun. (Pendanaan)  kita sedang mengerjakan detailnya, tapi kami yakin pengeluaran dana bisa dicover internal," ujar Istata.

Istata mengatakan pendanaan pembangunan bandara murni dari swasta, bukan berasal dari pemerintah. Ia menyebut nilai investasi tersebut sudah mencakup pembebasan lahan yang hampir rampung.

Istata berharap realisasi pembangunan bandara rampung dalam dua tahun meski dia menilai kondisi medan yang cukup menantang. Istata menyampaikan skema konsesi juga termasuk dalam bagian yang akan dibicarakan lebih lanjut usai adanya nota kesepahaman.

"Kalau dari kajian awal lebih dari 50 tahun (konsesi), cuma itu secara perundangan tidak mudah ya," kata Istata.

Istata mengatakan perusahaan tidak melihat proyek bandara Kediri sekadar proyek bisnis murni. Istata menilai perusahaan berharap investasi yang telah dilakukan tidak rugi seluruhnya. Istata menyebut misi utama perusahaan adalah mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan adanya bandara baru.

"Kita tak terlalu perhitungan, yang penting tidak merah total. Selama dia bisa biru atau bisa meningkatkan kontribusi buat daerah atau negara secara menyeluruh kita gembira," ucap Istata.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement