Jumat 20 Mar 2020 05:57 WIB

Stabilkan Rupiah dengan Hentikan Covid-19 

Lambatnya respons pemerintah terkait corona menurunkan kepercayaan pasar.

Red: Friska Yolandha
Lambatnya respons pemerintah terkait corona menurunkan kepercayaan pasar.
Foto: Republika/Prayogi
Lambatnya respons pemerintah terkait corona menurunkan kepercayaan pasar.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Pelemahan rupiah dinilai terjadi karena pemerintah terlambat mengantisipasi penyebaran virus corona Covid-19. Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI, Eric Alexander Sugandi menyampaikan lambatnya respons telah menurunkan kepercayaan pasar.

"Investor banyak yang melihat pemerintah telat mengantisipasi wabah Covid-19," katanya kepada Republika.co.id, Kamis (19/3).

Baca Juga

Kepercayaan pasar ada pada penanganan masalah wabah virusnya, bukan masalah fundamental ekonomi. Eric menilai, yang paling penting sekarang adalah pemerintah mesti hentikan wabah covid-19 di Indonesia.

Meski terancam melemahkan rupiah lagi, penurunan suku bunga acuan BI, sebesar 25 basis poin dinilai tepat untuk berikan stimulus moneter. Risiko tertekan tetap ada sehingga pemangkasan hanya 25 basis poin.

Eric menilai BI sebenarnya punya ruang untuk memotong lebih banyak jika rupiah tidak tertekan seperti hari ini. Ruang ini ada karena The Fed telah memangkas suku bunga ke kisaran 0,00-0,25 persen.

"Tapi memang rupiah dalam posisi tertekan karena ada portofolio outflows yang besar," katanya.

Para pelaku pasar finansial global yang investasi di Indonesia menarik kembali dana mereka untuk dilarikan ke safe haven, terutama US Treasury securities dan emas. Eric masih memprakirakan BI untuk potong sekali lagi 25 bps untuk beri stimulus lanjutan.

Ini dibutuhkan untuk bantu stimulus fiskal menjaga pertumbuhan ekonomi agar tidak melambat drastis. Untuk menjaga rupiah, BI dinilai mesti lebih aktif intervensi di pasar valas dan perketat pelaporan dokumen transaksi valas demi cegah transaksi spekulatif.

Selain memiliki buffer cadangan devisa, Indonesia punya second line of defense berupa fasiltas sebesar 22,76 milyar dolar AS. Seberapa kuat ketahanan nilai tukar rupiah akan tergantung seberapa besar tekanannya.

"Memang tekanan ini masih akan ada selama wabah global dari Covid-19 ini belum berakhir," katanya.

Menurut Eric posisi cadangan devisa saat ini masih cukup untuk melindungi rupiah. Meski masa darurat Covid-19 diproyeksikan sampai Mei 2020. Yang penting sekarang adalah mengulur waktu hingga wabah berhenti.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement