Ahad 29 Mar 2020 12:09 WIB

Saat Badai Covid-19 Menggulung Pariwisata Bali

Imigrasi Bali mencatat ada 117 warga asing yang ditolak masuk sejak 5 Februari.

Red: Friska Yolandha
Pemandu wisata memberi penjelasan kepada turis asing di kawasan obyek wisata Pura Taman Ayun, Badung, Bali, Kamis (12/3/2020).
Foto:

Guncangan di sektor pariwisata makin terasa saat Pemprov Bali bersama pemkab/pemkot se-Bali menutup puluhan objek pariwisata. Bahkan, objek yang tergolong ikon pariwisata di Pulau Seribu Pura itu pun ditutup sementara.

Objek wisata yang pertama ditutup adalah Desa Wisata Penglipuran (Bangli), lalu berlanjut ke Pura Tanah Lot (Tabanan), Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK/Badung), Pulau Nusa Penida (Klungkung), Pura Ulundanu (Tabanan), Jatiluwih (Tabanan), Taman Nusa (Gianyar), Pantai Pendawa (Badung), Bali Zoo (Gianyar), Pantai Lovina (Buleleng), dan lainnya.

Sebagian memang ditutup sementara hingga 31 Maret 2020. Namun, hal itu juga sangat kondisional. "Penutupan (Tanah Lot) ini bersifat sementara sebagai antisipasi meminimalkan penyebaran Covid-19 di ruang publik," kata Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti dalam konferensi jarak jauh dengan satgas Covid-19 setempat, Senin (23/3).

Bupati Tabanan menyebut objek wisata di wilayahnya yang ditutup sementara di antaranya Tanah Lot, Danau Pura Ulundanu Beratan, dan Jatiluwih. "Itu juga berlaku bagi objek wisata lainnya, termasuk rumah makan dan sejenisnya yang berpotensi menimbulkan keramaian," katanya.

Hal yang sama juga disampaikan pengelola Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang terletak di Ungasan, Kabupaten Badung, Bali. Pihaknya memutuskan untuk menutup operasional sementara hingga tanggal 31 Maret 2020.

"Awalnya, kami berencana melakukan penutupan secara bertahap seperti penghentian pementasan seni budaya terlebih dahulu. Namun, keputusan dari manajemen justru ditutup total sesuai instruksi yang kami terima dari pemerintah," ujar Marcomm Manager GWK Cultural Park, Oktaviano Pratomo, Sabtu (21/3).

Sepanjang penutupan kawasan selama 10 hari ke depan tersebut, pengelola juga akan merumahkan seluruh karyawannya kecuali petugas keamanan serta teknisi yang masih tetap bersiaga di kawasan Taman Budaya GWK.

"Kami juga membatalkan pertunjukan Ogoh-Ogoh kolosal dengan sekitar 1.000 orang performer yang sebenarnya telah kami siapkan. Semoga tanggal 31 Maret kondisi sudah membaik dan kami bisa langsung buka tanggal 1 April mendatang," katanya.

Tidak hanya itu, Pemkab Buleleng bahkan menutup 30 dari 86 objek wisata atau daerah tujuan wisata (DTW) di wilayahnya, sesuai surat edaran (SE) Gubernur Bali maupun SE Bupati Buleleng yang mengimbau DTW yang ada untuk menutup kegiatannya terkait Covid-19.

"Dari 30 DTW tersebut, ada DTW yang sudah besar dan menjadi ikon di Kabupaten Buleleng, termasuk yang kunjungannya besar saat hari-hari biasa atau hari libur, seperti Pantai Lovina yang merupakan wilayah lepas pantai," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng, Made Sudama Diana, Senin (23/3).

Langkah itu juga diikuti sejumlah objek wisata yang dikelola swasta, seperti Bali Zoo. "Penutupan sementara hingga 31 Maret itu merupakan bentuk tanggung jawab dan komitmen Bali Zoo dalam menjaga kesehatan dan keselamatan pengunjung, karyawan, dan juga satwa," ujar Public Relations Bali Zoo, Emma Chandra, Sabtu (21/3).

Tentu, langkah "berani" itu bukan tanpa alasan karena dihadapkan pada pilihan yang paling sulit antara tutup dan mati (nyawa). Bisa jadi, pil pahit merumahkan karyawan sejak erupsi Gunung Agung (2017) hingga Covid-19 (2019-2020) memberi hikmah bahwa Bali juga harus seriusi potensi selain pariwisata, yakni pertanian (agro).

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement