EKBIS.CO, JAKARTA – Platform Peer to Peer (P2P) Lending Akseleran mencatat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) yang stabil di tengah masih mewabahnya pandemi Covid-19. Hingga pertengahan Maret 2020, rasio NPL Akseleran tercatat berada di angka 0,73 persen dari total penyaluran pinjaman usaha dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,76 persen.
Saat ini Akseleran sudah menyalurkan total pinjaman usaha sebesar lebih dari Rp 1,1 triliun.
CEO & Co-Founder Akseleran, Ivan Tambunan mengatakan bahwa Akseleran tetap berkomitmen untuk menyalurkan pinjaman usaha kepada setiap penerima pinjaman (borrower) yang memang layak memperoleh pinjaman usaha sekaligus mendukung mereka di saat kondisi sulit seperti sekarang ini.
Menurutnya, tidak semua platform P2P Lending yang melakukan langkah Akseleran tersebut dan tetap menjalankan langkah-langkah strategis dalam mengantisipasi terjadinya kredit bermasalah.
"Pada prinsipnya, selama setiap borrower memang layak untuk memperoleh pinjaman usaha dengan sejumlah kategori, misalnya arus kas mereka masih baik dan bisnisnya tetap berjalan baik maka kami tetap mendukung kelangsungan bisnis usaha setiap borrower,” ujar Ivan dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (21/4).
Ia menjelaskan, pihaknya melakukan tiga langkah strategis untuk menjaga rasio NPL tetap rendah. Pertama, Akseleran melakukan pengetatan dalam penilaian kredit terhadap calon borrower termasuk melakukan penilaian menyeluruh tentang dampak pandemi Covid-19 pada bisnis borrower yang bersangkutan. Kedua pemantauan portofolio yang berkelanjutan, dan ketiga, penerapan asuransi kredit yang berkelanjutan.
"Kami optimistis dapat tetap menjaga rasio NPL di bawah 1 persen hingga akhir tahun 2020," kata Ivan.
Pada prinsipnya, lanjut Ivan, Akseleran tetap melakukan penagihan terhadap borrower dan penting untuk dipahami bahwa pinjaman melalui platform P2P Lending seperti Akseleran merupakan kesepakatan perdata antara pemberi pinjaman (lender) dan peneriman pinjaman (borrower). Oleh karena itu, jika ada perubahan ketentuan-ketentuan didalamnya tetap tunduk pada ketentuan dalam persetujuan pemberi pinjaman dan penerima pinjaman terkait.
Di sisi lain, 90 persen pinjaman di Akseleran berbentuk invoice dan pra invoice financing dimana sumber pembayaran pinjaman sudah jelas yang berasal dari pembayaran invoice terkait.
Menurut Ivan, hal positif bagi Akseleran sejauh ini secara portofolio tidak ada borrower Akseleran yang bergerak di sektor pariwisata dan hanya kecil persentasenya yang bergerak di sektor perdagangan atau bisnis manufaktur yang terhubung dengan pemasok atau customer dari negara asing yang terdampak pandemi Covid-19.
Sebagian besar sektor bisnis borrower Akseleran berasal dari konstruksi, minyak dan gas, dan pertambangan dimana semuanya berbasiskan invoice financing dan pra invoice financing yang sudah jelas pembayarannya dari mana sehingga tidak terlalu terdampak oleh Covid-19.
"Untuk pengajuan permintaan pinjaman ke Akseleran juga mengalami pertumbuhan cukup signifikan di pertengahan Maret 2020 yang tumbuh hingga 97 persen dibandingkan pertengahan Januari 2020," kata Ivan.