EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank OCBC NISP Tbk mencatatkan laba bersih senilai Rp 791 miliar pada kuartal I 2020. Pencapaian ini tumbuh 3,4 persen dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp 765 miliar.
Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan laba bersih didorong dari pendapatan bunga operasional lainnya sebesar 57,8 persen secara tahunan year on year (yoy) menjadi Rp 719 miliar. Adapun pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) tumbuh delapan persen (yoy) menjadi Rp 1,66 triliun, total aset tumbuh sebesar 7,8 persen menjadi Rp 191,5 triliun pada akhir kuartal satu 2020 dari Rp 177,5 triliun pada kuartal satu 2019.
"Di tengah berbagai perubahan dan penyesuaian operasional bisnis akibat pandemi Covid-19, Bank OCBC NISP berhasil mempertahankan fungsi intermediasi dengan pertumbuhan DPK sebesar 5,2 persen (yoy) menjadi Rp 137,4 triliun pada kuartal I 2020," ujarnya dalam keterangan tulis di Jakarta, Rabu (29/4).
Dari sisi penyaluran kredit senilai Rp 123,9 triliun pada kuartal satu 2020, tumbuh 5,4 persen dari Rp 117,5 triliun pada kuartal satu 2019. Fungsi intermediasi dijalankan dengan berpedoman pada prinsip kehati-hatian yang terlihat dari rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) net sebesar 0,9 persen dan gross sebesar 1,8 persen. Untuk cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) perseroan meningkat 153,3 persen dari Rp 96 miliar menjadi Rp 244 miliar.
Dalam kondisi yang menantang, likuiditas bank terjaga baik dengan LDR sebesar 89,9 persen dan LFR 87,3 persen.
"Berkembangnya kasus Covid-19 di Indonesia mendorong Bank OCBC NISP untuk melakukan penyesuaian guna memastikan keberlanjutan operasional bank. Kami juga terus memastikan menjalankan strategi yang difokuskan pada peningkatan pendapatan non-bunga, melakukan efisiensi dan menjaga kualitas kredit," jelas Parwati.
Parwati menjelaskan pandemi Covid-19 menghadirkan disrupsi yang luar biasa terhadap berbagai sektor termasuk sektor keuangan, mulai dari cara bekerja pelaku usaha untuk memberikan pelayanan sampai ke cara nasabah untuk mengatur keuangannya. Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah telah mengubah kebiasaan, gaya hidup, dan pemanfaatan teknologi digital sebagian besar masyarakat Indonesia termasuk cara masyarakat melakukan kegiatan perbankan.
"Dengan kesehatan keuangan bank yang masih tetap terjaga pada kuartal I, yang terlihat dari rasio kecukupan modal (CAR) yang berada pada level 18,8 persen dan juga rasio ketersediaan dana untuk memenuhi kewajiban yang mencapai 156,2 persen. Kami siap memberikan dukungan kepada nasabah dan masyarakat Indonesia untuk melalui kondisi menantang ini," lanjut Parwati.
Di tengah penerapan PSBB di beberapa wilayah di Indonesia, perusahaa terus memperluas dan meningkatkan efektivitas penerapan Working from Home (WFH) yang sudah mencapai lebih dari 80 persen karyawan di kantor pusat dan lebih dari 70 persen karyawan di kantor cabang. OCBC NISP juga memusatkan layanan di wilayah tertentu dan melakukan penutupan sementara hampir 45 persen kantor cabang.