Tidak mudah bagi pelaku bisnis menghadapi kondisi krisis akibat pandemi virus corona baru ini. Tak terkecuali bagi yang bergerak di sektor perbankan, bayang-bayang kredit macet menghantui. Tapi tidak dengan Bank OCBC NISP, memasuki kuartal pertama tahun ini, bank yang lahir 78 tahun lalu di Bandung ini berhasil menjaga kinerjanya tetap apik.
Pada konferensi pers secara virtual yang dilakukan hari ini (08/05/2020) disampaikan Presiden Direktur Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja, pihaknya tetap optimistus kita bisa melalui krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19 ini.
“Pandemi ini mendorong mega shifting perilaku konsumen, the rise of stay at home lifestyle. Dan mengubah cara hidup masyarakat, mulai dari belajar, bekerja dan beribadah di rumah saja dulu. Saya melihatnya, perubahan ini tidak selalu negatif, bisa jadi kebiasaan baik di masa depan, belanja mulai dari sayuran hingga berbagai kebutuhan kita bisa lakukan online. Dan ketika di rumah saja, kita bisa menumbuhkan skill baru, memasak misalnya, meningkatkan pengetahuan akan pentingnya kebersihan diri dan mengasah diri bagaimana menyalurkan berbagai kegiatan serba virtual,” jelasnya.
Ia juga melihat sisi positif dari pandemi ini, terutama bagi OCBC NISP yang bergerak di industri perbankan, karena mempercepat perluasan penggunaan teknologi. Bukan saja di internal, tapi juga para nasabahnya. “Kita dipaksa adaptasi cepat terhadap teknologi, untuk Indonesia yang luas wilayahnya serta komposisi populasi muda yang besar, dengan transformasi digital pengembangan bisnis jadi lebih efisien dan efektif,” tuturnya.
Parwati menyebut di tengah pandemi COVID-19 ini, pertumbuhan mobile banking OCBC NISP naik sampai 150% untuk nasabah individu, sedangkan untuk nasabah korporasi tumbuh 80% lebih.
Pandemi ini juga meningkatkan upaya perusahaan untuk mendorong karyawan OCBC NISP belajar dan meningkatkan pengetahuannya secara daring. “Dan karyawan kami justru ingin banyak hal baik yang sudah kita jalankan selama pandemi ini, bisa dilanjutkan selepas wabah, terutama berbagai kegiatan kami secara online. Bahkan ada karyawan menyampaikan, jika ia ingin bekerja di kantor pusat, dengan pengalaman pandemi ini, berarti memungkinkan dia tidak harus tinggal di Jakarta tapi tetap di Klaten saka misalnya,” jelasnya.
Ia menyebut sekitar 80% karyawan OCBC NISP sejak pembatasan gerak masyarakat pada pertengahan Maret lalu sudah bekerja di rumah saja. “Banyak hal yang sekarang dijalankan, norma baru ini bisa diteruskan walau pandemi sudah berlalu agar organisasi tetap berjalan,” katanya. Karena pihaknya merasakan banyak perubahan positif, misalnya birokrasi dan proses lebih mudah, bukan saja untuk internal, tapi juga nasabah. Berbagai upaya tersebut merupakan cara OCBC NISP menjaga keselamatan nasabah dengan penyesuaian operasional bank yang mematuhi protokol COVID-19.
“Kami juga menyediakan fasilitas Work from Hub, dekat perumahan karyawan, ini untuk menjawab tantangan terkait jaringan atau koneksi internet jadi karyawan tetap bisa produktif dalam kondisi ini,” jelasnya. Ia menuturkan, praktik #BankingFromHome pun terus didorong, bahkan kini nasabah bank yang sudah usia tua pun kini nyaman dan terbiasa dengan layanan digital bank ini. Dengan strategi #BankingFromHome ini, OCBC NISP juga melakukan perubahan fungsi kantor cabang, kalau dulu cabang melayani generalis, kini dan ke depannya akan lebih spesialisasi, jadi lebih ke advisory. “Layanan yang standar, lebih didorong melalui layanan digital, bukan saja ke nasabah individu juga UMKM dan korporasi,” ujarnya.
“Kami bersyukur dalam kondisi seperti ini laba dan ekuitas bank ini tetap tumbuh, rasio modal kecukupan modal pun naik jauh di atas ketentuan Bank Indonesia. Tambahan, dengan dukungan digital, organisasi kini lebih efisiensi, kami mulai menjalankan norma baru, dan kami pengalaman pandemi ini mendorong digitalisasi lebih luas lagi,” jelasnya.
Terkait kredit macet, Parwati dengan rendah hati mengatakan, karena masih di awal, sedangkan pandemi masih belum jelas kapan berakhir, ia belum bisa memastikan tidak akan naik, namun hingga saat ini pengajuan restrukturisasi hutang dari nasabah OCBC NISP masih di bawah 20% dari total nilai kredit nasabah. “Walau demikian kami pro aktif, menanyakan terutama ke nasabah-nasabah yang berada industri yang terdampak pandemi ini. Namun mereka masih menyatakan belum perlu dan masih aman, jadi saya memang belum bisa sampaikan persis berapa jumlah nasabah yang mulai mengajukan restrukturisasi kredit,” ungkapnya.
“Kami optimistis masih ada sektor-sektor yang tetap tumbuh dan membutuhkan modal kerja walau dalam kondisi seperti ini, buktinya pertumbuhan loan tumbuh 5,4%. Kami bersyukur nasabah-nasabah kami masiih sehat, bahkan ada ada new booking kredit memasuki kuartal kedua tahun ini baik dari UMKM maupun korporasi besar,” ungkapnya. Ia melanjutkan keyakinannya, bahwa benar kita tidak ke kantor, masyarakat tidak bergerak, nyatanya nasabahnya masih melakukan pengembangan bisnis, walau mungkin tidak secepat dalam kondisi normal.
“Memang pandemi ini menimbulkan krisis di setiap lini bisnis dan negara mana pun di dunia. Namun tidak semua industri terpuruk, banyak juga yang tetap tumbuh. Untuk nasabah kami di perhotelan memang turunnya sampai 90% okupansinya dan harus menutup hotelnya. Negara dengan pertumbuhan ekonomi 0,5 persen saja sudah bagus, karena negara lain mengalami kontraksi. Pasien akibat pandemi COVID-19 itu bukan saja fisik, tapi juga menjadi “pasien” karena tidak sehat ekonominya,” tuturnya. Meski begitu OCBC NISP tetap menjaga pertumbuhan dana pihak ketiga tumbuh 8%, bukan saja di deposito tapi juga CASA-nya.
“Kami juga tetap menjaga portofolio, nasabah tetap sehat dan tumbuh baik. Low cost funding melalui digital channel agar nasabah lebih mudah bertransaksi, serta efisiensi terus menerus. Karena tantangannya bukan saja menjaga pendapatan, juga agar biaya-biaya tidak terduga yang harus dikelola dengan lebih baik,” tuturnya.
Namun demikian pihaknya terus menggaungkan semangat di dalam perusahaan untuk terus #BergerakMaju menghadapi dampak pandemi COVID-19 dengan memastikan keberlanjutan layanan dan operasional perbankan yang prima untuk nasabah dan karyawannya dengan tetap mengedepankan kesehatan dan keselamatan semua pihak. Perusahaan juga menggaungkan semangat Tidak Ada Yang Tidak Bisa #TAYTB, yang diharapkan bisa menginspirasi dan mengajak masyarakat Indonesia untuk mengubah tantangan dan ketakutan yang dihadirkan oleh COVID-19 menjadi kesempatan untuk berkembang menjadi lebih baik dan maju.
Menurut Parwati, di tengah pandemi ini, OCBC NISP tetap berkomitmen untuk memberikan layanan perbankan yang prima di tengah keterbatasan operasional dan usaha maksimal dalam memastikan kesehatan dan keselamatan stakeholders-nya. Upaya ini membawa Bank OCBC NISP untuk tetap menjaga kinerja positif Bank OCBC NISP sepanjang kuartal pertama 2020, di mana Bank OCBC NISP mencatat laba bersih sebesar Rp791 miliar naik dari Rp765 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu.
Laba sebelum pajak pun bisa terjaga dengan pertumbuhan bagus 12,1% yoy menjadi Rp 1,1 triliun. Kinerja yang terjaga baik ini didukung dengan kondisi likuditas yang terjaga melalui berbagai rasio di antaranya LDR sebesar 89,9%, LFR sebesar 87,3%, dan LCR sebesar 156,2%. Bank OCBC NISP merupakan salah satu bank dengan peringkat kredit tertinggi di Indonesia yakni peringkat idAAA (stabil) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) dan AAA(stabil dari PT Fitch Ratings Indonesia.
“Ke depan, dampak pandemi COVID-19 akan semakin terlihat. Oleh karena itu, Bank akan terus menyesuaikan strategi guna memastikan keberlanjutan kinerja Bank OCBC NISP, yakni dengan menjalankan strategi yang difokuskan untuk menjaga kualitas kredit, peningkatan CASA dan pendapatan non-bunga serta melakukan efisiensi. Selain itu, kami juga akan fokus mendukung kebijakan pemerintah termasuk memberikan relaksasi kepada nasabah Bank OCBC NISP baik itu nasabah korporasi maupun individu, terutama bagi mereka yang terdampak COVID-19,” ujar Parwati.
Di Bank OCBC NISP, pandemi COVID dijadikan momentum untuk melakukan transformasi menyeluruh untuk menciptakan cara baru dalam bekerja. COVID-19 tidak hanya mengubah cara kerja, melainkan mengubah cara berinteraksi baik secara internal maupun dengan nasabah. Bank OCBC NISP mengakselerasi sistem layanan tanpa tatap muka dan kertas (paperless) hingga mencapai 96%. Nasabah individu kini sepenuhnya bisa membuka akun secara online tanpa tatap muka dan kertas, bahkan bisa melakukan lebih dari 90% transaksi yang biasa harus melalui cabang. Lebih lanjut, Bank OCBC NISP saat ini sedang mengupayakan hal yang sama untuk nasabah korporasi.
Ia pun memandang, pandemi memberikan dampak yang cukup dalam terhadap perekonomian global dan nasional ini juga membawa pelajaran baik bagi industri perbankan. “Kami menyadari pandemi COVID-19 membuat kita semakin menyadari batasan geografis yang selama ini menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia kini bukanlah merupakan penghalang dengan memanfaatkan teknologi. Hal ini kita rasakan benar di bidang pendidikan, pekerjaan dengan metode remote working dan keuangan melalui transaksi termasuk untuk bidang keuangan.
“Bank pun dituntut untuk terus berinovasi agar dapat memberikan pelayanan kepada nasabah tanpa mengurangi aspek keselamatan dan kesehatan dengan tetap menekankan pada prinsip kehati-hatian sehingga dapat terus mendukung pergerakan perekonomian Indonesia. Ke depan, kita juga perlu bersiap untuk menjadikan perubahan yang kita lakukan ini merjadi sebuah norma atau cara kerja yang baru dalam memberikan pelayanan kepada nasabah,” tambah Parwati.
Belajar dari dampak positif dari COVID-19, OCBC NISP ingin menginspirasi dan mengajak masyarakat Indonesia untuk tetap optimistis, meninggalkan rasa takut dan menyambut kesempatan yang ada saat ini sebagai waktu untuk belajar hal baru dan berkembang menjadi yang lebih baik melalui gerakan #NyalakanIndonesia untuk membantu masyarakat terdampak COVID-19.
OCBC NISP juga menghadirkan forum edukasi terkait manajemen keuangan dan pengelolaan investasi #TAYTBLiveTalks setiap Senin dan Rabu di Instagram. Hingga kini, OCBC NISP bersama dengan seluruh karyawan telah mendonasikan 1.345 APD untuk #PahlawanMedis yang menjadi garda terdepan melawan COVID-19. Selain itu, 1.620 paket sembako untuk masyarakat sekitar kantor yang terdampak COVID-19 juga sudah diddistribusikan sejak 24 April 2020 lalu.
Ke depannya, Bank OCBC NISP akan kembali mendistribusikan lebih dari 10.000 paket sembako untuk masyarakat sekitar lebih dari 72 lokasi kantor di seluruh Indonesia dan 1.842 paket sembako untuk pekerja pendukung bank ini di seluruh kantor.
“Nilai dan budaya gotong royong yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia akan menjadi salah satu kekuatan besar menghadapi dampak pandemi COVID-19 ini. Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, Bank OCBC NISP mengajak semua elemen masyarakat untuk saling jaga, saling bahu membahu untuk terus bergerak maju menjadikan semua tantangan yang ada sebagai kesempatan untuk me-NyalakanIndonesia menjadi lebih baik ke depan,” kata Parwati.
Editor : Eva Martha Rahayu
www.swa.co.id