Selasa 12 May 2020 13:58 WIB

Tingkatkan Produksi, Petani Madura Manfaatkan Padi Hibrida

Potensi panen padi hibrida lebih tinggi 25-30 persen

Red: Gita Amanda
Petani diharapkan membudidayakan padi hibrida agar hasil panen lebih baik.
Foto: Kementan
Petani diharapkan membudidayakan padi hibrida agar hasil panen lebih baik.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemanfaatan padi hibrida oleh petani dirasakan masih belum optimal. Padahal padi hibrida memiliki berbagai keunggulan, diantaranya potensi hasil panen lebih tinggi sekitar 25-30 persen dibandingkan dengan padi inbrida.

Jika padi inbrida rata-rata menghasilkan 8-10 ton per hektare, maka padi hibrida bisa mencapai 12 ton lebih per hektare. Salah satu alasan petani belum mau melakukan budidaya padai hibrida karena harga benih padi hibrida yang relatif mahal dan menjadi kendala besar dalam modal awal yang dibutuhkan petani.

Baca Juga

Peran Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) sebagai pendamping dan pembimbing sangat diperlukan untuk memberikan pencerahan terhadap petani. Penyuluh pertanian di Kostratani wilayah Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, mampu memberikan bimbingan dan pendampingan serta edukasi kepada petani akan manfaat dan keuntungan melakukan budidaya padi hibrida.

Eris Wulandari salah seorang penyuluh pertanian di Kostratani Proppo, mengatakan bahwa petani di wilayahnya selama dua tahun ini sudah merasakan keuntungan menanam padi hibrida. Selain produksi gabah yang meningkat, ketahanan terhadap serangan hama penyakit juga lebih kuat bila dibandingkan dengan padi inbrida.

Eris menceritakan tidak mudah mengajak petani untuk menggunakan benih padi hibrida yang harganya mahal. “ Selain penyuluhan yang berkelanjutan, penyediaan benih (padi hibrida) yang sesuai potensi lokal, kemudahan membeli, dan pembuatan demplot atau lahan percontohan, menjadi metode untuk mengenalkan  keunggulan padi hibrida kepada petani sehingga tertarik untuk mencoba," ujar Eris dalam siaran persnya.

Di paparkan lebih lanjut bahwa Demplot atau lahan percontohan dibuat di beberapa titik dengan menggunakan varietas padi hibrida. Hal ini dilakukan selain agar petani dapat melihat dan tertarik. Selain itu juga untuk menguji hasil produksi padi diberbagai titik lokasi. Sehingga bisa diketahui kendala, provitas yang dihasilkan serta kesesuaian lokasi. Dari 10 titik lokasi percontohan padi hibrida, dilakukan ubinan dengan metode yang sama, menghasilkan rata-rata 7,6 kilogram atau setara 12,16 ton GKP per hektare.

“Jika hasil produksi padi meningkat maka keuntungan yang diperoleh petani juga meningkat. Hal ini menguntungkan petani karena dengan waktu panen yang sama dan biaya produksi yang hampir sama bias mendapatkan keuntungan hingga 30 persen,” ungkap Eris Wulandari selaku penyuluh BPP Proppo.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), dalam berbagai kesempatan menyatakan bahwa penyuluh pertanian merupakan inti dari agen perubahan atau agent of change pembangunan pertanian. Karena itu, jadilah penyuluh pertanian yang hebat. penyuluh harus mampu mengelola pertanian yang ada di masyarakat.

"Pertanian harus menjadi kekuatan bangsa ini dengan menggunakan teknologi yang lebih baik, memanfaatkan sains dan riset yang lebih kuat sehingga bisa menghadirkan kemampuan-kemampuan kita," ujar Syahrul.

"Tahun 2020 ini adalah era pertanian, memperbaiki desamu, memperbaiki daerahmu, memperbaiki negara dan bangsa ini hanya bisa baik kalau pertaniannya maju," tegas Mentan.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi merasa bangga dan mengapresiasi berbagai langkah yang dilakukan penyuluh pertanian bersama petani dalam upaya menjaga ketersediaan pangan di lapangan dalam pandemi saat ini.

“Karena masalah pangan adalah masalah yang sangat utama, hidup matinya suatu bangsa. “Pandemi Covid-19 tidak menghalangi semangat untuk berusaha tani, saat ini pertanian tidak boleh berhenti apapun yang terjadi,” tutup Dedi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement