Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Hasil riset Nielsen Indonesia menyebut bahwa total belanja iklan sepanjang Januari-Maret 2020 menunjukkan tren positif. Meskipun melemah pada bulan April terutama untuk TV dan media cetak, menguat lagi pada bulan Mei 2020 di TV.
"Memang dari bulan Maret hingga April terjadi pelemahan. Kemudian memasuki Ramadan mungkin agak sedikit naik karena didorong brand musiman pada masa Ramadan. Harapan kami setelah lebaran dan dengan pemerintah melonggarkan PSBB maka aktivitas kembali normal sehingga harapan kami pengiklan tidak melakukan pemotongan anggaran yang berlebihan," kata Direktur Eksekutif Bisnis Media Nielsen Indonesia, Hellen Katherina, kepada Warta Ekonomi dalam konferensi pers virtual pada Selasa (12/5/2020).
Baca Juga: Dampak Covid-19, Nielsen: Makan di Rumah Adalah Kenyataan Baru bagi Konsumen Asia
Hasil riset juga mengungkapkan pergeseran perilaku dan kebutuhan konsumen selama periode work from home (WFH). Hal ini mendorong beberapa merek mengambil kesempatan ini untuk beriklan lebih banyak. Di antaranya adalah Telkomsel dan Tokopedia yang melihat meningkatnya kebutuhan akan data internet dan belanja online.
Berikutnya, produk Nutella yang mengambil keuntungan dari meningkatnya aktivitas sarapan pagi di rumah. Lalu Indomie yang dipicu oleh meningkatnya permintaan konsumen akan stok makanan instan. Ada lagi, Vidio yang melalui iklan menawarkan kebutuhan hiburan di rumah yang sedang dicari oleh konsumen.
Dalam hal kategori produk, beberapa dari 10 kategori pengiklan top meningkatkan anggaran iklan mereka lebih dari 20% di berbagai platform media. Di antaranya layanan online, komunikasi, perawatan rambut, makanan/mi instan, kopi/teh, susu untuk pertumbuhan, vitamin/suplemen memilih untuk meningkatkan anggaran iklan mereka di TV dan media digital.
Sementara itu, kategori jus dan organisasi pemerintah & politik mengalokasikan lebih banyak anggaran iklan untuk media digital.
"Meskipun pada periode Ramadan ini konsumen melakukan lebih banyak kegiatan tinggal di rumah, para perusahaan dapat mengambil keuntungan dari perubahan perilaku untuk terus berkomunikasi dengan konsumen mereka dengan tentu saja menyeimbangkan tujuan mereka dan mempertahankan kreativitas untuk mendapatkan kepercayaan konsumen, serta untuk mempersiapkan normal baru di masa depan," pungkasnya.