Akhirnya, Taiwan pun dapat menyelesaikan masalah yang begitu pahit dan bikin puyeng bagi pemerintahan yang lamban dan tidak kompeten: ekonomi atau kesehatan dulu? Negeri ini mendapatkan keduanya sehingga diberikan aplaus oleh banyak pihak. Ekonomi tetap jalan, angka kematian pun ditekan.
Pada akhirnya, di luar faktor-faktor di atas sebagai langkah penanganan krisis (waspada, gerak cepat, komunikasi, dst.), faktor kepemimpinan Tsai dianggap berperan demikian penting dan vital.
“Pada bulan Januari, begitu tanda-tanda penyakit terlihat, dia (Tsai) langsung memperkenalkan 124 langkah untuk memblokir penyebaran (Covid-19), tanpa harus menggunakan penguncian (lockdown) yang menjadi hal lumrah di tempat lain,” tulis Avivah Wittenberg-Cox, berjudul “What Do Countries With The Best Coronavirus Responses Have In Common? Women Leaders” di majalah Forbes, 13 April 2020.
Tsai pun tak pernah bicara atau pidato yang aneh-aneh serta tak konsisten, yang membingungkan warganya. Atau membuat acara-acara seremonial untuk membangkitkan solidaritas dan trust di masyarakat. Perempuan pertama yang menjadi presiden di negaranya ini jauh dari kebijakan populisme.
Catatan menarik: saat Covid-19 mulai merajalela, Tsai sebagai calon dari Democratic Progressive Party baru saja terpilih untuk periode kedua sebagai Presiden Taiwan. Pada 11 Januari 2020, dia memperoleh 8,17 juta suara (57,1%), mengalahkan calon presiden dari Partai Kuomintang, Han Kuo-yu, dengan selisih 2,65 juta suara (38,6%), sementara calon presiden dari People First Party, James Soong, hanya memperoleh 608 ribu suara (4,3%).
Akan tetapi Tsai tidaklah sendirian. PhD dari London School of Economics and Political Science tahun 1984 ini bukanlah pemain solo yang senang one man show dan pencitraan dengan jepretan kamera di kanan-kiri.
Keberhasilan Taiwan dalam melawan Covid-19 sejauh ini, juga tak bisa dilepaskan dari peran Chen Chien-jen, Wakil Presiden Taiwan yang juga ahli epidemiologi. Seperti jendral perang yang mendampingi panglima tertinggi (presiden), Chien-jen berperan mengatur strategi bagaimana cara mengendalikan virus corona.
Selain memainkan strategi berperang, dia juga kerap diminta nasihatnya untuk mengembangkan vaksin dan obat Covid-19 oleh para ahli kesehatan di sana.
Bukan karena posisinya sebagai Wapres yang membuatnya diposisikan seperti itu. Chien-jen memang saintis. Dia adalah ahli epidemiologi lulusan Johns Hopkins University. Dia guru besar di National Taiwan University. Sebelumnya menjabat Direktur Graduate Institute of Epidemiology, dan Dekan College of Public Health di National Taiwan University.