EKBIS.CO, TOKYO -- Pengeluaran bisnis di Jepang mulai mencatatkan keuntungan setelah Kementerian Keuangan Jepang melakukan survei awal bulan ini. Namun, tingkat pengeluaran tersebut diperkirakan akan goyah dalam beberapa bulan mendatang seiring dampak pandemi yang masih berlanjut.
Dilansir Reuters, Senin (8/6), belanja modal tercatat mengalami kenaikan 1,9 persen dibandingkan kuartal sebelumnya (q-to-q), berbalik dari kontraksi 0,5 persen dari proyeksi awal. Sementara itu, konsumsi swasta yang menyumbang lebih dari setengah ekonomi Jepang turun 0,8 persen karena adanya penurunan permintaan kebutuhan sehari-hari dan jasa.
Ekspor net (ekspor dikurangi impor) telah mengurangi 0,2 poin persentase dari pertumbuhan PDB yang telah direvisi. Pandemi Covid-19 sudah menurunkan permintaan global secara signifikan.
Analis memperkirakan, ekonomi akan mengalamin kontraksi tahunan lebih dari 20 persen pada April hingga Juni. Meski keadaan darurat sudah dicabut pada Mei, ekonomi diperkirakan baru pulih dalam beberapa bulan mendatang. Sebab, dampak pandemi sudah meluas secara global maupun dalam negeri.
Bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), kemungkinan akan mempertahankan proyeksinya bahwa ekonomi akan secara bertahap pulih dari guncangan pada semester kedua tahun ini, kata salah seorang sumber.
BoJ melonggarkan kebijakan moneter selama dua bulan berturut-turut pada April, berkolaborasi dengan upaya Pemerintah Jepang untuk meredam dampak pandemi. Pemerintah Jepang sendiri telah menyusun dua paket stimulus senilai 2,2 triliun dolar AS.
Ekonomi Jepang mengalami kontraksi 2,2 persen secara tahunan pada kuartal pertama. Angka ini lebih baik dibandingkan pembacaan awal yang menunjukkan penyusutan hingga 3,4 persen maupun dibandingkan perkiraan median dari pasar, yakni kontraksi 2,1 persen.