EKBIS.CO, JAKARTA -- Anggota Tim Asistensi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Raden Pardede memastikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua mengalami kontraksi. Sebab, pada periode tersebut, pembatasan aktivitas mulai dilakukan secara ketat yang berdampak pada perlambatan ekonomi.
Raden menyebutkan, tren pemburukan ekonomi sudah terlihat pada realisasi kuartal pertama. Saat itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak mencapai tiga persen, jauh signifikan dibandingkan kuartal pertama 2019 yang mencapai lima persen.
Seiring pembatasan, ekonomi Indonesia mulai memasuki masa pertumbuha negatif, terutama pada Mei. "Sesuai ekspektasi kita, data-data (indikator ekonomi) negatif. Mei jelas (negatif). Juni juga masih (negatif). Intinya, kuartal kedua negatif," tutur Raden dalam diskusi daring Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, kemarin.
Namun, Raden menyebutkan, tanda-tanda perbaikan diharapkan mulai terjadi pada Juni seiring pembukaan aktivitas ekonomi yang dilakukan secara bertahap. Pada saat bersamaan, pemerintah memberlakukan kebijakan untuk pemulihan ekonomi nasional. Di antaranya dengan memberikan kredit modal kerja kepada dunia usaha, termasuk UKM.
Raden menjelaskan, konsep besar pembukaan kembali ekonomi dan pemulihan ekonomi nasional bagaikan dua sisi dari satu koin. Artinya, dua kebijakan harus dilakukan beriringan secara efektif untuk memastikan ekonomi dapat kembali membaik.
Raden sendiri memperkirakan, ekonomi Indonesia bisa pulih pada 2023, tepatnya ketika ditemukan vaksin Covid-19. "Mungkin butuh waktu setengah hingga satu tahun lagi, pada 2022 hingga 2023, baru dia (ekonomi) kembali ke pra Covid-19," ujarnya.
Dalam perhitungan Raden, ekonomi Indonesia bisa pulih sebagian apabila vaksin dapat ditemukan pada tahun depan. Prediksi ini berdasarkan perkembangan perekonomian sejak terdampak pandemi Covid-19 pada Maret 2020 hingga ekonomi merosot sampai titik terbawah pada April hingga Mei 2020.
Sementara itu, Bank Dunia memprediksi, ekonomi Indonesia hanya tumbuh nol persen pada 2020. Prediksi tersebut turun 5,1 poin persentase dibandingkan perkiraan Bank Dunia pada Januari. Ekonomi akan kembali pulih pada tahun depan dengan pertumbuhan mencapai 4,8 persen.