Rabu 01 Jul 2020 14:45 WIB

Turun Sejak Awal Tahun, Nilai Tukar Petani Mulai Naik

NTP Juni naik sebesar 0,13 persen menjadi 99,6 dari bulan sebelumnya 99,47.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Petani menggarap sawahnya, ilustrasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju nilai tukar petani (NTP) pada Juni 2020 mulai mengalami kenaikan . Foto: Abdan Syakura/Republika
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petani menggarap sawahnya, ilustrasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju nilai tukar petani (NTP) pada Juni 2020 mulai mengalami kenaikan . Foto: Abdan Syakura/Republika

EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju nilai tukar petani (NTP) pada bulan Juni 2020 mulai mengalami kenaikan setelah anjlok selama lima bulan berturut-turut. Tercatat NTP naik sebesar 0,13 persen menjadi 99,6 dari bulan sebelumnya 99,47.

Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan, meskipun mengalami kenaikan, laju indeks tersebut masih berada di kisaran titik impas 100. Karena itu, masih dibutuhkan berbagai upaya agar NTP melebihi dari titik impas agar pendapatan petani bisa melebihi dari pengeluaran.

Baca Juga

"NPT menunjukkan harga yang diterima petani (pendapatan) dan dibayarkan petani (pengeluaran). Bisa dibayangkan kalau pendapatan petani turun, sedangkan konsumsi naik maka pendapatan minus. Karena itu, dibutuhkan agar NTP melebihi titik impas," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (1/7).

Kurun waktu Januari-Mei nilai tukar petani merosot dari 104,16 hingga 99,47. Penyebab penurunan itu salah satunya dipicu dari subsektor tanaman pangan, terutama padi yang memasuki musim panen sehingga harga turun. Di satu sisi, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) turut mempersulit penjualan gabah dari petani.

Jika NTP mengalami penurunan, mencerminkan pendapatan petani berada di bawah biaya-biaya yang dikeluarkan petani. Hal itu lantas berdampak buruk pada petani. Meskipun, NTP bukan satu-satunya indikator kesejahteraan petani.

Pada Juni, NTP mulai mengalami kenaikan seiring musim panen yang mulai berakhir. Mayoritas subsektor mengalami kenaikan NTP, namun khusus subsektor hortikultura dan tanamanan perkebunan rakyat masih mengalami penurunan masing-masing turun 1,15 dan 0,04.

"Hortikultura turun karena harga yang diterima petani lebih rendah dari harga yang dibayar petani. Sedangkan, tanaman perkebunan sama-sama naik, tapi kenaikan harga dibayar petani lebih besar," kata Suhariyanto.

Adapun pada Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) juga mengalami hal yang sama. NTUP naik tipis 0,08 persen menjadi 100,25 dari bulan sebelumnya 100,16. Sama halnya dengan NTP, NTUP juga mengalami penurunan tajam kurun waktu Januari-Juni 2020.

Suhariyanto mengatakan, BPS juga mencatat perkembangan harga gabah dan beras selama bulan Juni 2020. Di tingkat penggilingan, harga gabah kering panen (GKP) naik 1,88 persen sedangkan gabah kering giling (GKG) juga naik 4,39 persen. Sementara itu, harga beras premium di tingkat penggilingan tercatat naik 0,94 persen sedangkan medium turun 0,85 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement