EKBIS.CO, SLEMAN -- Ekonomi digital terus tunjukkan kemajuan seiring kemajuan teknologi di era 4.0. Di Tanah Air, ekonomi digital memberi harapan besar dan diyakini menjadi penggerak mendukung transformasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dosen Prodi Akuntansi, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, UII, Sigit Pamungkas mengatakan, tren adopsi teknologi sangat pengaruhi perubahan sosial. Termasuk, mengubah perilaku konsumen yang berdampak perkembangan praktik bisnis modern.
Adanya loncatan kemajuan teknologi yang begitu tinggi, tiap organisasi bisnis harus memahami pemanfaatan teknologi secara tepat. Itu penting untuk menghadapi berbagai potensi disrupsi di era industri 4.0 ini.
"Kunci persaingan organisasi bisnis modern kini terletak di tiga tantangan utama, yaitu bagaimana membuat produk yang ditawarkan jadi lebih baik, lebih cepat dan lebih murah," kata Sigit dalam webinar yang digelar Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) UII.
Tiga tantangan itu perlu dihadapi kekuatan strategi dan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Untuk bisa melakukannya, Sigit menekankan, perusahaan harus lincah dalam mengolah sumber daya informasi.
"Pada era ekonomi digital, penggunaan teknologi sudah menjadi keniscayaan untuk meningkatkan pengelolaan data dan informasi, mendorong keunggulan kompetitif perusahaan," ujar Direktur Pemasaran UII tersebut.
Mengutip tulisan tren dataisme Steve Lohr, ia mengingatkan, manajer modern kini lebih banyak memakai hasil analisis data sebagai dasar pengambilan keputusan. Mereka tidak lagi menggunakan intuisi atau pengalaman.
"Ekonomi digital juga telah mendorong transformasi gaya manajerial organisasi modern, kini lebih saintifik dibanding sekedar pakai nyali," kata Sigit.
Terkait perkembangan ekonomi digital di Indonesia, Sigit menyoroti peluang dan tantangannya. Ia melihat, Indonesia memiliki modal membangun kekuatan ekonomi digital yang semakin besar.
Dalam pasar domestik, Indonesia miliki potensi pasar yang sangat besar dengan pertumbuhan jumlah pengguna internet. Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat jumlah pengguna internet Indonesia pada 2019 sebanyak 171,17 juta.
Itu sama dengan 64,8 persen dari keseluruhan total penduduk Indonesia yaitu 264,16 juta jiwa. Bahkan, pada 2019 Google menobatkan Indonesia negara dengan nilai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan valuasi 40 miliar dolar AS atau Rp 566 triliun.
Sedangkan, dari sisi potensi meningkatkan pelaku usaha, Indonesia juga sedang menikmati bonus demografi. "Kita memiliki penduduk usia produktif yang lebih besar dan didominasi generasi milenial, yang jadi aktor ekonomi potensial," katanya.
Tantangan cukup besar terkait kesenjangan digital yang masih jadi pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Meski pengguna internet meningkat, tapi yang belum jadi pengguna masih cukup besar jumlahnya.
Pemerataan infrastruktur untuk mendukung akses teknologi, terutama di daerah rural juga penting. Baik dari sisi akses teknologi dan literasi digital jadi faktor penting dalam kesenjangan digital di Tanah Air.
Tanpa akses teknologi, sulit untuk meningkatkan literasi digital. Meski begitu, Sigit mengapresiasi usaha mengatasi kesenjangan digital melalui pemerataan infrastruktur teknologi, misal proyek nasional Palapa Ring.
Lalu, inisiatif untuk meningkatkan literasi digital melalui desain kurikulum merdeka belajar. Ia merasa, dengan kondisi geografis sebagai negara kepulauan dan populasi penduduk yang besar, atasi kesenjangan digital tentu tidak mudah.
"Namun, ini penting untuk jadi prioritas karena Indonesia punya peluang dan masih menyisakan tantangan, dan kini kita berlomba dengan waktu untuk terus memperkuat ekonomi digital sebagai tonggak perekonomian di Tanah Air," kata Sigit.