EKBIS.CO, JAKARTA -- Salah satu platform digital, TokoTalk, menyatakan saat ini banyak pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mulai memanfaatkan toko dalam jaringan (daring). Head of Business Development TokoTalk Kemas Antonius menjelaskan pelaku UMKM mulai memanfaatkan transformasi digital untuk mengakomodasi perubahan perilaku konsumen yang sedang beradaptasi dengan pola belanja non tunai.
"Pelaku UMKM Indonesia terkenal pantang menyerah. Mereka bisa berkreasi dan berinovasi supaya bisnis tetap berjalan dan tidak PHK karyawan," kata dia, dalam pernyataan di Jakarta, Jumat (17/7).
Menurut dia, dengan membangun website dan berjualan online, UMKM akan bisa memenuhi kebutuhan konsumen yang ingin transaksi yang cepat, cashless, dan mudah. Kemas memastikan pihaknya akan memberikan layanan teknologi berupa pembuatan laman (website builder) e-dagang dan mencari solusi melalui edukasi secara langsung.
Data menunjukkan bahwa pada April hingga Juni 2020, jumlah UMKM yang mendaftar di platform TokoTalk dan mulai membuat website, meningkat sebesar 38 persen. Dari UMKM yang mendaftar, wilayah Jabodetabek memiliki jumlah terbesar yaitu 29 persen dari jumlah keseluruhan, disusul dengan Jawa Timur 15 persen dan Jawa Barat sebanyak 12 persen.
Salah satu pelaku UMKM yang telah membuat laman e-dagang, Erick mengaku bahwa pandemi COVID-19 telah memaksa kedua tokonya tutup karena tidak ada penjualan. Untuk itu, ia mulai menjual produk secara daring mengingat permintaan konsumen kepada tokonya sangat tinggi. Khususnya terhadap produk kesehatan seperti suplemen, booster imun dan madu.
"Kami bisa langsung pakai dan tidak perlu lagi habiskan waktu untuk training admin dan karyawan. Lebih dari itu, penjualan kami juga meningkat semenjak fokus berjualan di TokoTalk," ujarnya.
Data iPrice memperlihatkan minat konsumen dalam memanfaatkan belanja online terutama dalam produk kesehatan makin tinggi dalam masa pandemi COVID-19. Pembelian produk kesehatan seperti hand sanitizer secara daring meroket sampai 5.585 persen, diikuti vitamin C dengan yang nyaris mencapai 2.000 persen hingga pertengahan Maret 2020.
Selain produk kesehatan, para konsumen juga mulai menggemari berbelanja produk makanan maupun minuman, khususnya makanan beku siap saji.