EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian RI menggerakkan 1.110 Kostratani sebagai simpul koordinasi peningkatan produksi komoditas perkebunan 2020 hingga 2024. Kementan menargetkan peningkatan pada tujuh komoditas utama, antara lain kopi, kakao, kelapa, jambu mete, lada, pala dan vanili di seluruh sentra produksi. Strategis tersebut mendukung Gerakan Peningkatan Produksi, Nilai Tambah dan Daya Saing Perkebunan (Grasida).
Kebijakan dan Target Program Perkebunan Kementan, khususnya oleh Ditjen Perkebunan mengemuka pada kegiatan Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) di Jakarta, Jumat (17/7) yang dipusatkan di Agriculture Operation Room (AOR) Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan).
MSPP dipimpin Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi dan Dirjen Perkebunan, Kasdi Subagyono selaku keynote speaker yang diikuti 150 partisipan dari KostraTani, Kostrada dan Kostrawil dan 2.000 viewers live streaming pada laman Facebook BPPSDMP.
Dirjen Perkebunan Kasdi Subagyono menyatakan operasionalisasi Grasida yang menjadi gerakan di KostraTani adalah basis pusat kegiatan, pusat koordinasi dan pembinaan untuk petani. Sehingga KostraTani perlu diperkuat operasionalisasi di kecamatan, harus melibatkan pelaku utama dan pelaku usaha, eksportir dan para pemangku kepentingan lainnya.
"Hal itu sejalan instruksi Mentan Syahrul Yasin Limpo," kata Dirjen Kasdi Subagyono.
Menurutnya, target program Ditjen Perkebunan 2020 hingga 2024 yang dihitung per tahun adalah produksi komoditas pertanian harus naik 7 persen, ekspor harus naik 60 persen, penyerapan tenaga kerja naik 5 persen, pendapatan Domestik Bruto (PDB) naik 5 persen, dan pekebun milenial 105 ribu orang dengan target 525 ribu milenial
"Dalam strategi percepatan, harus dimulai dengan komoditas apa yang dikelola. Misalnya kopi, sawit, lada, pala, vanilla, cengkeh, dan lain-lain, kemudian apa yang harus kita lakukan. Karena itu, obyek-obyek yang akan ditangani dan diperbaiki adalah lahan, perizinan, benih, pupuk, pestisida, dan lain-lain," kata Dirjenbun Kasdi S.
Tak kalah penting, katanya, membangun nursery di tiap kawasan, menyiapkan benih tersedia di dekat lokasi sehingga biaya transportasi tidak mahal. Pakai varietas unggul dengan produktivitas tinggi, minimal dua kali lipat.
Sementara dalam dialog interaktif pada sesi tanya jawab, yang dipandu Kasubbid Informasi dan Materi Penyuluhan - Pusluhtan, Septalina Pradini selaku host MSPP, terungkap beberapa masalah yang dihadapi penyuluh di lapangan terkait program percepatan
"Terjadi alihfungsi lahan perkebunan kopi menjadi hortikultura, bagaimana caranya mengajak petani kembali mengusahakan komoditas kopi," kata Nona Putungan, penyuluh dari Distan Pemprov Sulawesi Utara.
Langkah pertama, kata Kasdi, identifikasi masalah, misal harga kopi turun atau serangan OPT sehingga petani beralih. Kalau hortikultura yang diusahakan tanaman semusim, maka dapat ditanam secara tumpang sari bukan harus menggantikan tanaman kopi.
"Jangan memaksa petani untuk menanam suatu komoditas agar mereka tidak dirugikan," tutur Kasdi.
"Bagaimana komoditas sereh wangi lebih bergerak di hilir, kemudian kesulitan mendapatkan bibit, sampai saat ini masih menggunakan bibit lokal," tanya Novrizal, penyuluh dari Distan Pemkab Sawahlunto.
Menurut Dirjenbun, sereh wangi adalah tanaman semusim untuk minyak sereh. Perlu membangun nursery di Sawah Lunto. "Mohon informasi varietas apa yang sesuai di sana ke Ditjen Perkebunan. Perlu diidentifikasi kegiatan-kegiatan dalam konteks peningkatan produksi minyak sereh. Tolong usulkan anggarannya untuk 2021."
Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi menyambut baik dialog interaktif tersebut sebagai implementasi positif dari peran penyuluh di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) selaku Komando Strategis Pembangunan Pertanian (KostraTani) di tingkat kecamatan.
"Forum ini bisa menjadi alat atau sarana melaporkan kegiatan program Kementan. Saat ini, Pusdatin sedang membuat aplikasi, yang akan mencantumkan data-data luas tanam, luas panen dan data-data pertanian lainnya," katanya.
Dia mengingatkan semua BPP terlibat pelaksanaan program Kementan, sesuai BPP masing-masing. Tidak semua program Kementan dilakukan, tapi sesuaikan dengan kondisi wilayah.
"Bila potensinya padi maka program fokus pada peningkatan produksi padi. BPP sangat penting dalam menggerakkan program Kementan," kata Dedi Nursyamsi.