EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Sarana Multi Infrastruktur/ SMI (Persero) memprediksi, ada beberapa sektor yang berpotensi menjadi unggulan nasional pada masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) atau New Normal. Di antaranya, sektor informasi dan komunikasi serta jasa keuangan dan asuransi.
Chief Economist PT SMI I Kadek Dian Sutrisna Artha mengatakan, proyeksi ini dilihat berdasarkan dua faktor. Yakni, pertumbuhan sektor yang masih positif dan besarnya kontribusi sektor terhadap perekonomian nasional masih tinggi, meskipun pada masa pandemi Covid-19.
Kadek menyebutkan, sektor-sektor ini dapat dipertimbangkan pemerintah untuk menjadi penerima utama stimulus guna mendorong pertumbuhan sektor riil yang kini tengah tertekan. "Ini dapat menjadi informasi sangat penting bagi dunia usaha atau pemerintah agar pemulihan ekonomi nasional pada era new normal ini lebih cepat," tuturnya dalam Webinar Economic Update: Wajah Perekonomian Indonesia pada Era New Normal, Senin (27/7).
Kadek menjelaskan, sektor informasi dan komunikasi masih dalam posisi kuat seiring dengan kebijakan kerja dan sekolah dari rumah yang berimbas pada peningkatan pemanfaatan jasa sektor terkait. Potensi yang besar dari sektor ini akan dirasakan di banyak daerah Indonesia, terutama Pulau Jawa.
Di sisi lain, masyarakat juga kerap melakukan transaksi belanja online dari rumah. Dampaknya, sektor jasa keuangan, terutama perbankan, tetap berada dalam posisi yang stabil. Daerah besar seperti DKI Jakarta diprediksi akan banyak mengandalkan sektor ini mengingat populasi masyarakat urbannya yang tinggi,
Selain dua sektor ini, Kadek menyebutkan, industri pengolahan pun berpotensi menjadi unggulan pada masa adaptasi kebiasaan baru. "Walaupun pertumbuhannya menurun, share sektor ini ke kue perekonomian masih signifikan," katanya.
Untuk luar Pulau Jawa, Kadek menambahkan, ada beberapa sektor yang juga berpotensi menjadi unggulan seperti jasa administrasi pemerintahan. Ini dikarenakan porsi investasi pemerintah yang lebih besar dibandingkan swasta.
Kontras dengan empat sektor sebelumnya, ada beberapa sektor yang diperkirakan terus mengalami hambatan untuk tumbuh pada masa adaptasi kebiasaan baru. Di antaranya, sektor terkait sumber daya alam seperti pertanian, kehutanan dan pertambangan. Harga komoditas yang mengalami penurunan selama pandemi dan perlambatan permintaan dari negara tujuan ekspor yang menghadapi resesi menjadi penyebab utamanya.
Kadek menjelaskan, daerah yang banyak mengandalkan ekonomi dari sektor-sektor ini akan menghadapi tantangan berat. "Misalnya saja Kalimantan Timur yang berbasis pertambangan, pasti terdampak Covid sangat signifikan," ucapnya.
Hambatan itu sudah terlihat dari realisasi pertumbuhan ekonomi daerah pada kuartal pertama. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Kalimantan Timur pada periode Januari-Maret 2020 mengalami kontraksi 5,5 persen (yoy), turun jauh dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, yakni positif 5,46 persen (yoy).