EKBIS.CO, BANDA ACEH -- Bawang merah merupakan salah satu komoditas unggulan nasional yang mempunyai daya adaptasi luas dan bernilai ekonomi cukup tinggi. Karena itulah, perlu upaya pengendalian serangan terhadap Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang kerap ditemui dalam budidaya bawang merah dalam rangka menjaga kinerja dan kontribusi sektor pertanian terhadap ekonomi nasional.
Langkah pengendalian yang dimaksud ditempuh melalui budidaya pertanian ramah lingkungan dan penerapan pengendalian hama terpadu dilakukan secara preventif dan kuratif yang dimulai dari pengaturan pola dan waktu tanam bertujuan untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit di suatu wilayah lahan tertentu. Caranya melalui pergiliran antar tanaman yang tidak berasal dari satu family agar siklus hidup tidak berlanjut.
Sementara, dalam pengendalian OPT ramah lingkungan, peran musuh alami seperti parasitoid, predator dan cendawan entomapatogen yang diketahui dapat menekan serangan OPT pada tanaman bawang merah perlu dimanfaatkan secara maksimal.
Saat ini Direktorat Jenderal Hortikultura tengah mengembangkan budidaya bawang merah ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) guna melakukan budidaya pertanian dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
Semangat tersebut diaplikasikan dalam Gerakan Mendorong Produksi, Daya Saing dan Ramah Lingkungan Hortikultura (Gedor Horti) menggunakan pendekatan pengembangan kawasan hortikultura berdaya saing dan ramah lingkungan. Terlebih, Mentan SYL juga menyampaikan bahwa sektor pertanian tetap harus berproduksi di tengah pandemi Covid-19. Hal itu juga berlaku bagi petani bawang merah.
"Budidaya ramah lingkungan menjadi suatu keharusan untuk diimplementasikan. Pasar global menuntut produk hortikultura yang berkualitas dan aman konsumsi. Preferensi konsumen sudah mulai mempertimbangkan bagaimana proses produk dilakukan sehingga menghasilkan produk yang aman konsumsi,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto.
Direktur Perlindungan Hortikultura Sri Wijayanti Yusuf, dalam berbagai kesempatan juga merekomendasikan kepada seluruh petani untuk mengaplikasikan agens pengendali hayati, pestisida nabati, likat kuning, feromon dan penanaman refugia dalam pengendalian OPT. selai itu juga selalu melakukan monitoring pada pertanaman bawang merah.
"Dengan demikian serangan OPT dapat dikendalikan dan tidak sampai mengganggu produksi dan mutu produk bawang merah,” bebernya.
Kepala UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Aceh Iriana, menyatakan BPTPH memiliki fungsi dalam pengendalian serangan OPT dan antisipasi dampak perubahan iklim (DPI). Salah satunya dengan melaksanakan gerakan pengendalian OPT bawang merah di Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie.
Semua pihak terutama instansi terkait di jajaran Pemkab Pidie sangat serius melakukan bimbingan ke para petani bawang merah, dan menganjurkan melakukan penanaman setiap tahunnya seraya konsisten menggunakan pupuk organik.
"Jika penanaman bawang merah dapat dilakukan secara maksimal dan berkesinambungan serta konsisten menggunakan pupuk organik, tentunya ke depan masyarakat Pidie dapat mengkonsumsi bawang merah yang sehat tanpa terkontaminasi bahan kimia berbahaya,” jelas Iriana.
Pemkab Pidie memberikan perhatian serius kepada petani, termasuk memformulasikan kebijakan pengembangan pertanian menggunakan pupuk alami ke dalam Grand Design Pidie Sehat 2025.
POPT setempat, Muhammad Rizal menjelaskan bahwa penerapan budidaya bawang merah ramah lingkungan yang telah diterapkan di Pidie antara lain dengan pemasangan perangkap feromon sex, likat kuning, aplikasi pestisida nabati dan penanaman refugia untuk konservasi musuh alami.
"Pembinaan dan pengawasan terhadap proses penanaman bawang merah, termasuk penerapan budidaya bawang merah ramah lingkungan perlu diintesifkan untuk memaksimalkan hasil,” pungkasnya.