EKBIS.CO, MANILA -- Asian Development Bank (ADB) mengatakan pandemi Covid-19 telah mendorong ekonomi berkembang di kawasan Asia ke dalam resesi. Ini adalah pertama kalinya dalam enam dekade 'Developing Asia', sebutan yang mencakup 45 negara, mengalami kemerosotan regional.
ADB mengatakan ekonomi negara berkembang Asia akan menyusut 0,7 persen pada 2020. Tetapi kawasan itu diperkirakan akan pulih dengan kuat pada 2021, tumbuh 6,8 persen tahun depan.
Laporan dari Asian Development Outlook menunjukkan sekitar tiga perempat dari ekonomi kawasan diperkirakan merosot tahun ini. Ini merevisi proyeksi sebelumnya dari pertumbuhan 0,1 persen dalam produk domestik bruto (PDB) kawasan itu untuk tahun 2020.
"Sebagian besar ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik dapat memperkirakan jalur pertumbuhan yang sulit untuk sisa tahun 2020," kata kepala ekonom ADB Yasuyuki Sawada dalam sebuah pernyataan, dikutip BBC, Selasa (15/9).
Penilaian ADB membuat bank sejalan dengan Dana Moneter Internasional (IMF), yang membuat prediksi serupa awal tahun ini.
Asia Selatan kemungkinan akan terkena dampak paling parah, sementara China akan melawan tren. Ekonomi India diperkirakan akan berkontraksi 9 persen tahun ini, sementara pertumbuhan China diperkirakan 1,8 persen. Asia Tenggara kemungkinan akan mengalami penurunan 3,8 persen.
Ekonomi negara-negara pulau yang bergantung pada pariwisata, khususnya, telah mengalami kontraksi ekonomi yang memilukan. Ekonomi Fiji diperkirakan akan menyusut sebesar 19,5 persen, sementara Maladewa kemungkinan akan mengalami kontraksi 20,5 persen.
Kabar baiknya, wilayah tersebut diperkirakan akan pulih tahun depan, dengan pertumbuhan 6,8 persen.
Ekonomi China diperkirakan akan pulih 7,7 persen pada 2021, sementara India juga akan bangkit kembali dengan pertumbuhan 8 persen tahun depan.
Tetapi ADB memperingatkan bahwa pemulihan dapat digagalkan oleh pandemi yang berkepanjangan dan tindakan karantina yang lebih ketat.
"Ancaman ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 tetap kuat, karena gelombang pertama yang berkepanjangan atau wabah yang berulang dapat mendorong tindakan penanggulangan lebih lanjut," kata Sawada.