Ahad 27 Sep 2020 23:39 WIB

Pelaku Usaha Ritel Rasakan Perbaikan Ekonomi Kuartal III

Penjualan riil survei Bank Indonesia pada Mei - Agustus 2020 menunjukkan perbaika

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
Menurut Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey berdasarkan indeks penjualan riil survei Bank Indonesia pada Mei - Agustus 2020 menunjukkan perbaikan.
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Menurut Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey berdasarkan indeks penjualan riil survei Bank Indonesia pada Mei - Agustus 2020 menunjukkan perbaikan.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Kebijakan Fiskal (BKF) memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh negatif pada kisaran minus 2,9 persen sampai minus satu persen pada kuartal tiga 2020. Bahkan, pertumbuhan ekonomi sudah melambat sejak kuartal satu 2020 atau tumbuh di bawah lima persen atau hanya 2,97 persen secara year on year.

Meskipun tumbuh negatif atau terkoreksi pada kuartal tiga 2020, pertumbuhan tersebut dipastikan akan lebih membaik dari kuartal sebelumnya. Sebab, pemerintah berupaya mendorong konsumsi yang telah naik tajam dalam mendorong percepatan realisasi belanja pemerintah.

Perbaikan ekonomi tersebut sudah dirasakan oleh pelaku usaha di Indonesia. Menurut Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey berdasarkan indeks penjualan riil survei Bank Indonesia pada Mei - Agustus 2020 menunjukkan perbaikan.

“Kami (pelaku usaha ritel modern) sudah merasakan adanya perbaikan ekonomi. Pada Mei indeks penjualan riil minus 20,6 persen, Juni minus 17,1 persen, Juli minus 12,3 persen dan Agustus minus 10,1 persen. Intinya dari minus 20 persen (Mei 2020) ke minus 10 persen (Agustus 2020) sudah ada kontraksi perbaikan 10 persen. Artinya meski minus tapi sudah positif karena minusnya menurun,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Ahad (27/9).

Menurutnya saat ini kepercayaan masyarakat muncul ketika pemerintah menggelontorkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) maka ada peningkatan konsumsi, sehingga memberikan kontribusi kepada indeks penjualan riil yang terus membaik.

“Bansos kalau bisa hanya 10 persen saja, sedangkan BLT harus 85 persen yang diberikan kepada masyarakat,” ucapnya.

Sementara Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman menambahkan pelaku usaha sudah merasakan perbaikan ekonomi sejak Juni sampai Agustus. Hal ini dikarenakan adanya kombinasi insentif pemerintah untuk menaikkan daya beli, sehingga kegiatan ekonomi berangsur meningkat.

“Memang pada April dan Mei paling parah dan terendah (penurunan daya beli). Namun sejak PSBB kembali, kenaikan dirasa semakin melambat dan datar,” ujarnya.

Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Muhammad Ikhsan Ingratubun menambahkan secara keseluruhan ekonomi belum pulih. Hal ini dikarenakan penerapan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta dikenakan kembali.

“Sebanyak 70 persen keuangan Indonesia beredar di ibukota. Maka dari itu perkembangan ekonomi belum sepenuhnya pulih,” ucapnya.

Menurutnya perekonomian Indonesia sangat terpuruk pada kuartal dua 2020 minus 5,32 persen. Diperkirakan pada kuartal tiga 2020 masih tetap minus, sehingga akan terjadi resesi ekonomi. “Saat kuartal III 2002 yaitu saat akhir September 2020 juga masih diprediksi akan tetap minus sehingga negara yang dua kali kuartal minus maka terjadi resesi,” ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement