Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Pendiri Alibaba, Jack Ma dianggap meluncurkan layanan pembayaran yang tidak jelas untuk meningkatkan kerajaan belanja online 16 tahun lalu, hanya sedikit yang mengharapkannya berhasil. Tetapi sekarang, layanan tersebut menjadi tulang punggung Ant Group, raksasa keuangan yang dapat bernilai lebih dari USD200 miliar (Rp2.987 triliun).
Dilansir dari CNN Business di Jakarta, Senin (28/9/2020) Ant Group dinamai demikian karena keyakinan "kecil itu indah, kecil itu kuat" dan Ant Group sama sekali tidak kecil di China.
Baca Juga: Bye Jack Ma! Juragan Air Ini Jadi Orang Terkaya di China dan Kedua di Asia!
Ant Group telah bersiap untuk penawaran umum yang sangat dinanti di Hong Kong dan Shanghai yang bisa menandai kedua kalinya Jack Ma mencetak rekor IPO terbesar yang pernah ada.
Perusahaan ini adalah salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia dan platform pembayaran online terbesar di China. Aplikasi ini telah hadir di setiap aspek kehidupan finansial di China, mulai dari akun investasi dan produk tabungan mikro hingga asuransi, skor kredit, dan bahkan profil untuk kencan.
Perjalanan Ant Group berawal ketika Jack Ma tengah mencari jalan agar warga China bisa berbelanja di Alibaba dengan metode pembayaran yang mudah. Kala itu, di tahun 2004 sangat sedikit warga China baik pembeli, maupun penjual di Alibaba yang memiliki kartu debit atau kredit.
Ma menugaskan tim keuangan Alibaba untuk membuat Alipay. Layanan tersebut bertindak sebagai pihak ketiga tepercaya, menyimpan uang dari pembeli dalam bentuk escrow dan hanya melepaskannya ke penjual setelah barang diterima dan pembeli memastikan bahwa mereka senang dengan apa yang mereka dapatkan.
"Ketika saya memulai [Alipay], semua orang berkata: 'Jack, ini adalah model paling bodoh yang pernah kami lihat, tidak ada yang akan menggunakannya,'" kata Ma dalam wawancara tahun 2014.
Meski demikian, Ma tidak peduli. Menurutnya selama produk ini berhasil, maka akan membantunya membangun kepercayaan.
Kini, Alipay berhasil dan sukses besar. Saat ini, Alipay memiliki 711 juta pengguna aktif bulanan, dan menangani pembayaran 118 triliun yuan (USD17,2 triliun atau Rp256.937 triliun). Aplikasi Alipay menguasai 55% pasar pembayaran seluler China. Sementara, saingannya yakni WeChat Pay dan QQ milik Tencent menguasai 40% pasar.
Aplikasi ini juga menghubungkan jutaan orang ke banyak layanan keuangan. Pengguna Alipay dapat mencari dan memilih produk asuransi, membayar tagihan, mendapatkan pinjaman, membayar staf, dan berinvestasi di pasar uang.
Pada tahun 2011, Jack Ma memisahkan Alipay dari Alibaba dan mendirikan entitas terpisah. Lalu, Alipay bergabung ke Ant Group pada tahun 2014. Namun, Jack Ma tetap mempertahankan seluruh kendalinya di Ant Group.
Alipay dipisahkan dari Alibaba menjadi entitas terpisah pada tahun 2011, dan menjadi bagian dari Ant Group pada tahun 2014. Ma, yang menjadikan Alibaba sebagai perusahaan publik pada tahun 2014 dalam sebuah rekor dunia IPO, mempertahankan kendali keseluruhan atas Ant, menurut peraturan yang berlaku.
Salah satu layanan paling populer dari Alipay adalah Yu'e Bao, produk manajemen kekayaan yang diluncurkan pada tahun 2013 yang memungkinkan pengguna menginvestasikan uang yang tersisa di dompet digital mereka. Jumlah minimum untuk diinvestasikan hanya 1 yuan (15 sen).
Dalam enam bulan, Yu'e Bao memiliki 49 juta pengguna dan simpanan 250 miliar yuan (USD36,5 miliar atau Rp545 triliun), menurut surat kabar milik pemerintah China Daily.
Pada saat itu, sebagian besar produk manajemen kekayaan yang ditawarkan oleh bank tradisional membutuhkan investasi minimum 50.000 yuan (USD7.300 atau Rp110 juta), menurut surat kabar tersebut.
Pada puncaknya pada Maret 2018, aset Yu'e Bao yang dikelola mencapai 1,69 triliun yuan (USD267 miliar atau Rp3.988 triliun), menurut Fitch Ratings. Regulator China kemudian memaksa Yu'e Bao untuk melepaskan aset karena kekhawatiran tentang risiko sistemik jika dana besar-besaran itu gagal karena alasan tertentu dan mendatangkan malapetaka pada ekonomi China.
Tapi Yu'e Bao tetap menjadi dana pasar uang terbesar China dengan 1,26 triliun yuan (USD184 miliar atau Rp2.748 triliun) per Maret tahun ini, menurut Fitch Ratings.