Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Pria 28 tahun bernama Thomas Healy akan menjadi miliarder termuda di Amerika minggu depan ketika pemegang saham Grup Akuisisi Tortoise yang diperdagangkan secara publik memberikan suara pada 28 September untuk mengakuisisi Hyliion, perusahaan truk listriknya.
Setelah itu, simbol Hyliion akan berubah dari SHLL menjadi HYLN, dan perusahaan akan mendapatkan uang tunai USD560 juta (Rp8,3 triliun) untuk membangun visi Healy di masa depan mengenai truk heavy-duty buatannya yang dialiri listrik.
Baca Juga: Miliarder Norwegia Gigit Jari Akibat Corona, Kekayaannya Anjlok hingga Rp63 T!
Dilansir dari Forbes di Jakarta, Senin (28/9/2020) juru bicara Tortoise bersikeras bahwa saham SHLL dengan harga USD42 (Rp627 ribu) hari ini telah naik empat kali lipat sejak bulan Juni.
Kapitalisasi pasar ekuitas tersirat dari Hyliion baru mencapai USD6,7 miliar (Rp100 triliun) yang mengesankan. Menurut pengajuan SEC, Healy akan menjadi pemegang saham terbesar, dengan 22,9% perusahaan atau 34,97 juta saham, senilai hampir USD1,5 miliar (Rp22 triliun).
Dia mungkin tidak secerdas truk listrik miliarder lainnya seperti Elon Musk atau mantan CEO Nikola Trevor Milton, tetapi Healy memiliki satu hal yang tidak ada di Tesla dan Nikola dalam hal membawa teknologi revolusioner.
Sejauh ini sudah ada 20 truk yang beroperasi dengan powertrains listrik Hyliion, yang dibangun melalui usaha bersama Dana Corp dan Volvo. Tesla mengatakan tahun ini pihaknya menunda produksi Semi-nya hingga 2021. Sementara itu, saham Nikola telah jatuh dari USD70-an menjadi kurang dari USD20 di tengah tuduhan penipuan dan kepergian Milton.
Tinggal Healy lah yang hadir sebagai harapan baru yang besar untuk menggetarkan kelas 8, truk semi jarak jauh. Bagaimana dia bisa sejauh ini?
"Saya seorang tukang roda gigi; Saya tumbuh di dunia balap," kata Healy, yang tumbuh dari Massachusetts dan saat remaja sibuk mengikuti kompetisi balap mobil dan go-kart tingkat nasional.
Dia mempelajari mekanisme di balik mesin dan mulai merancang drivetrains listrik di kamar asramanya di Carnegie Mellon. Ia juga pernah menjadi pemain awal untuk tim sepak bola CMU Tartans.
Healy yang mempelajari teknik mesin telah mengembangkan "e-axle", sebuah gardan yang dialiri listrik, didukung oleh baterai lithium-ion yang dapat digabungkan ke dalam drivetrain truk jarak jauh Kelas 8 tradisional.
E-axle dapat dipasang ke truk lama atau dibangun menjadi yang baru. Manfaatnya, e-axle akan memberikan bantuan menambahkan tenaga dan torsi yang memungkinkan blok diesel bekerja lebih efisien sehingga meningkatkan jarak tempuh bahan bakar dan menurunkan emisi.
Sistem ini juga menangkap tenaga melalui pengereman regeneratif yang mengingat massa semitruck jadi cukup besar. Baterai harus mampu menyerap daya 5 kilowatt-jam dari pengereman di tanjakan curam, kemudian berbalik dan memberi makan tenaga itu saat kembali ke drivetrain selama akselerasi.
Pada tahun 2017 Forbes menunjuk Healy sebagai finalis dalam proyek 30 Under 30 tahunan. E-axle Healy pun berevolusi menjadi sistem drivetrain lengkap yang oleh Hyliion disebut Hypertruck ERX.
Pendekatan Healy kontras dengan penggerak pertama Tesla dan Nikola. Hal inilah yang membuat investor menaruh harap besar padanya.