EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Bakir Pasaman mengungkapkan dampak pandemi Covid-19 bagi Pupuk Indonesia Group. Pandemi membuat penjualan domestik perusahaan mengalami penurunan.
Untuk pasar ritel, kata Bakir, daya beli petani mengalami penurunan dan terhambatnya gerak distributor dan kios akibat kebijakan PSBB. "Butuh jumlah subsidi yang lebih banyak karena berdasarkan alokasi jumlahnya terbatas sehingga petani tidak punya RDKK tidak bisa dapat pupuk subsidi," ujar Bakir saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (1/10).
Hal serupa terjadi pada pasar korporasi. Permintaan pupuk dari perkebunan sawit serta beberapa konsumen sektor industri yang menggunakan pupuk sebagai bahan baku juga menurun.
Bakir menyampaikan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga berpotensi meningkatan biaya bahan baku yang mayoritas dibeli dalam dolar AS. Seperti gas, fosfat, potasium, sulfat, dan batu bara.
Dampak pandemi juga mengakibatkan terhambatnya operasional bisnis perusahaan. Bakir mengatakan, lockdown di beberapa negara membuat pasokan bahan baku fosfat dan potasium terganggu. Pun dengan penerapan PSBB di sejumlah daerah di Indonesia yang membuat beberapa penyedia transportasi mengurangi operasional.
"Ketidakpastian pasar ini menyebabkan harga komoditas urea dan amonia mengalami penurunan yang cukup signifikan," ucap Bakir.
Bakir bersyukur kondisi keuangan perusahaan sampai Agustus 2020 masih cukup baik. Namun jika dimandikan tahun-tahun sebelumnya, pendapatan mengalami penurunan karena harga komoditas menurun, laba pun menurun karena HPP naik, harga jual menurun, dan arus kas operasi menurun.
Pupuk Indonesia berupaya keras menjaga keuangan perusahaan agar tetap terjaga dengan baik dengan melakukan sejumlah langkah efisiensi biaya operasional seperti mengurangi biaya rapat, perjalanan dinas, penundaan proyek, dan jasa konsultan. Perusahaan juga memastikan ketersediaan dan stok pupuk subsidi sesuai alokasi pemerintah dengan memaksimalkan shipping out antisipasi kendala logistik jika ada lockdown, serta memaksimalkan distributor dan kios mempunyai stok yang cukup sesuai dengan alokasi.