Siapa yang tak kenal dengan Nurhayati Subakat, pemilik kerajaan bisnis PT Paragon Technology and Innovation yang menaungi jenama Wardah, Make Over, Emina, dan yang teranyar Kahf. Perempuan yang telah bergelut di dunia bisnis sejak 1985 ini memiliki kiat tersendiri dalam menghadapi pandemi Covid-19.
“Setiap selesai shalat Subuh dan Maghrib saya selalu sempatkan membaca Alquran, sehingga tersuasanakan untuk memiliki pikiran positif,” kata Nurhayati Subakat, Pendiri dan Komisaris Utama PT Paragon Technology and Innovation dalam wawancara eksklusif bersama SWA Online. Selain itu, Nurhayati menyempatkan berolahraga dan berjemur setiap pagi, serta tidak lupa mengonsumsi vitamin C dan D untuk menjaga imun tubuhnya.
Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangatnya dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Sebagai komisaris utama, dia tetap membaca laporan perusahaan secara teliti setiap hari. Terutama mengenai masalah keuangan. Selain itu, tetap melakukan meeting rutin secara virtual dengan para direksi. “Saat ini saya masih membimbing tim R&D untuk ikut berdiskusi dan memberi masukan dalam pengembangan produk, jadi masih ada meeting rutin juga dengan tim R&D,” kata dia menambahkan.
Di luar kegiatan perusahaan, perempuan yang biasa disapa Nur ini juga tetap rajin memberikan inspirasi serta pengetahuan yang dimilikinya dengan menjadi narasumber di berbagai acara, wabilkhusus tentang bagaimana jatuh bangun mendirikian perusahaan Paragon.
Penerapan prokol kesehatan yang dilakukan olehnya juga tergolong cukup ketat, mengingat usianya yang telah menyentuh angka 70 tahun dan masuk ke dalam kelompok sangat rentan. "Sejak awal virus corona memasuki Indonesia hingga sekarang, saya menerapkan isolasi mandiri dan benar-benar tidak keluar rumah maupun menerima tamu,” kata dia menegaskan.
Nurhayati menambahkan, kesehatan dan keselamatan tim juga menjadi prioritas utama bagi perusahaan. Perusahaan menetapkan sistem kerja Work Form Home (WFH) kepada tim yang bisa mengerjakan pekerjaanya di rumah. Sementara untuk tim yang harus berkegiatan di luar, perusahaan memastikan pengecekan kesehatan dengan tes Electro-Chemiluminescence Immunoassay (ECLIA) secara berkala, serta menyiapkan vitamin untuk mendukung imunitas tim.
Tidak kalah penting, perusahaan pun melakukan disinfeksi rutin dan penyesuaian infrastuktur di area kerja, agar dapat mendukung gaya hidup baru seperti saling jaga jarak, tidak memegang gagang pintu, dan lainnya. Edukasi dan diskusi untuk meningkatkan awareness kepada tim juga masih terus dilakukan hingga kini. Karena, menurutnya, informasi dan kondisi terkait Covid-19 ini terus ada kebaharuan dan perlu diikuti perkembangannya.
Pandemi Covid-19 nampaknya membawa hikmah tersendiri bagi Nurhayati. Pasalnya, beberapa program yang direncanakan justru menjadi lebih cepat terlaksana, misalnya dengan melakukan digital transformation untuk beradaptasi dengan kondisi saat ini. “Pandemi ini juga membuat kami mendapat experience kalau ternyata WFH bisa lebih efektif untuk tim Paragon, terutama untuk ibu pekerja mungkin sudah impian mereka juga untuk bisa tetap bekerja tetapi tetap dekat dengan keluarga,” kata dia.
Lebih jauh dia menjabarkan bahwa pandemi ini mengajarkan untuk bisa melihat hal yang esensial dari apa yang dikerjakan, sehingga meskipun detail kegiatannya mengalami perubahan tetapi tujuan dasarnya tetap bisa tercapai. Berkat perubahan pola kerja tersebut, tim bisa menjadi semakin teruji agility, creativity dan ketangguhannya, serta saling mendukung untuk membawa perusahaan bergerak melalui kondisi ini.
Editor : Eva Martha Rahayu
www.swa.co.id