EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah belum memutuskan nama resmi hasil merger tiga bank BUMN syariah yang prosesnya baru saja dimulai pada Senin (12/10) melalui penandatanganan Conditional Merger Agreement atau CMA. Ketua Tim Project Management Office sekaligus Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Hery Gunardi mengatakan pemerintah selaku pemegang saham masih memikirkan nama bank yang digadang-gadang nanti akan menjadi bank syariah terbesar di Tanah Air itu.
"Tentunya karena ini tiga bank jadi satu, mungkin kita juga ingin bahwa bank ini bisa go international, go global, dan kakinya juga kuat di domestik. Kemungkinan besar pemegang saham nanti akan memikirkan suatu nama yang bisa memiliki value proposition yang ada di dunia internasional, tentunya ini juga namanya yang common di perbankan syariah. Tapi belum ada, sedang dipikirkan namanya," ujar Hery saat jumpa pers secara daring, Selasa (13/10).
Tiga bank Himpunan Bank Negara (Himbara) yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk pada Senin (12/10) melakukan penandatanganan Conditional Merger Agreement (CMA) terkait dengan rencana penggabungan bank umum syariah bersama tiga bank syariah milik Himbara. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian BUMN menggabungkan ketiga bank syariah Himbara agar Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia bisa memiliki bank syariah yang besar dan mampu membantu mengoptimalisasi potensi ekonomi dan keuangan syariah nasional, juga memperkuat ekosistem industri halal.
Hasil penggabungan bank tersebut memiliki potensi menjadi 10 bank syariah teratas secara global berdasarkan kapitalisasi pasar. Hal ini juga menjadi bagian dari upaya dan komitmen pemerintah untuk menjadikan ekonomi syariah sebagai pilar baru kekuatan ekonomi nasional yang juga secara jangka panjang akan mendorong Indonesia sebagai salah satu pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia.
Merger ketiga bank BUMN syariah tersebut ditargetkan rampung pada Februari 2021. Bank tersebut nantinya akan memiliki total aset Rp 220 triliun sampai Rp 250 triliun serta diperkirakan akan menempati posisi nomor tujuh atau delapan Top-10 perbankan di Indonesia.
Selain itu, bank hasil merger tersebut pun akan miliki produk yang beragam mulai dari wholesale, konsumer, ritel, hingga UMKM serta didukung oleh kemampuan teknologi yang baik dan handal. Bank tersebut juga nantinya memiliki jaringan yang luas sekitar 1.200 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pada 2025, harapannya nanti total aset bank syariah hasil merger tersebut bisa mencapai Rp 390 triliun, target pembiayaan yang mencapai sekitar Rp 272 triliun, dan pendanaan hingga Rp 335 triliun.