EKBIS.CO, JAKARTA – Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai ada peluang pemulihan konsumsi rumah tangga pada kuartal keempat 2020. Optimisme ini berdasarkan beragam indikator yang membaik, seperti pertumbuhan indeks penjualan riil dan penyerapan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Yusuf menuturkan, pertumbuhan indeks penjualan riil yang semakin membaik menunjukkan adanya peningkatan konsumsi masyarakat. Di sisi lain, realisasi dana PEN untuk pos perlindungan sosial dan dukungan kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pun sudah relatif besar.
"Dengan ini, peluang konsumsi akan membaik di kuartal keempat itu ada dan dia akan mendekati level nol persen," ujarnya saat dihubungi Republika, Kamis (29/10).
Hanya saja, menurut Yusuf, level konsumsi rumah tangga masih akan berada di kisaran negatif satu persen. Sebab, perbaikan indikator penjualan riil relatif marginal atau tipis. Selain itu, konsumsi untuk kelas menengah atas masih tertahan karena dipengaruhi sentimen Covid-19.
Yusuf menyebutkan, poin-poin tersebut harus diperhatikan pemerintah apabila memang ingin mengungkit pertumbuhan konsumsi rumah tangga, terutama pada tahun depan. "Jika ingin memperbaiki konsumsi masyarakat, sentimen penyelesaian pandemi ini penting untuk merangsang konsumen kelas menengah atas," tuturnya.
Yusuf memperkirakan, pengadaan vaksin akan berdampak positif terhadap sentimen masyarakat. Vaksin bisa menambah optimisme masyarakat, terutama untuk lebih leluasa dalam melakukan aktivitas ekonomi.
Apabila vaksin tertunda sampai awal tahun, hal tersebut diprediksi bakal kembali menekan konsumsi rumah tangga. Terlebih, Indonesia masih punya risiko gelombang kedua seperti di banyak negara. "Ini menambah peranan penting dari pengadaan vaksin ini sendiri," katanya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap konsumsi rumah tangga pada kuartal keempat dapat mendekati level nol persen. Pada kuartal kedua, indikator ini mengalami kontraksi hingga 5,5 persen.
Sri menjelaskan, perbaikan pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga sudah mulai terlihat pada kuartal ketiga. Berbagai relaksasi aktivitas ekonomi seiring dengan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadi faktor utamanya. Meski demikian, pertumbuhan negatif masih sulit dihindari pada kuartal ketiga mengingat PSBB di Jakarta dan beberapa daerah sekitarnya sempat diperketat.