EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita memaparkan potensi dan peluang industri agro terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Sepanjang kuartal III tahun 2020 sektor industri agro memberi kontribusi signifikan terhadap PDB sektor pengolahan nonmigas sebesar 52,94 persen.
“Di tengah pertumbuhan industri nonmigas yang terkontraksi 4,20 persen, industri makanan dan minuman masih tumbuh positif sebesar 0,66 persen. Kami terus berupaya meningkatkan kinerjanya,” kata Menperin Agus di Jakarta, Selasa (10/11).
Menperin menyebutkan sub-sektor industri agro yang memberikan kontribusi besar pada PDB sektor pengolahan nonmigas pada triwulan III-2020 yakni industri makanan dan minuman ( 39,51 persen), industri pengolahan tembakau (4,8 persen), industri kertas dan barang dari kertas (4,22 persen), serta industri kayu, barang dari kayu, rotan dan furnitur (2,84 persen).
“Industri agro juga mempunyai peranan yang penting dalam kontribusi nilai ekspor sektor pengolahan nonmigas,” ungkapnya melalui keterangan tertulis.
Pada Januari-Agustus 2020, total nilai ekspor industri agro menembus 29,27 miliar dolar AS atau berkontribusi hingga 35,36 persen pada ekspor manufaktur sebesar 82,76 miliar dolar.
“Dari realisasi nilai investasi PMA dan PMDN di sektor industri pengolahan nonmigas yang mencapai Rp201,9 triliun pada Januari-September 2020, kontribusi industri agro sebesar Rp91,9 triliun. Ini salah satu bukti bahwa industri agro masih bergeliat di tanah air,” kata Menperin.
Ia menambahkan pengembangan industri agro di Indonesia cukup prospektif, karena antara lain didukung pasar domestik yang besar, sumber daya pertanian yang berlimpah, perubahan pola konsumsi konsumen yang cenderung beralih ke makanan kemasan modern, serta munculnya pemain-pemain industri agro nasional yang sudah go global.
“Dengan adanya peluang tersebut, kebijakan pemerintah dalam pembangunan industri agro adalah menjadikan Indonesia menjadi pemain terkemuka di pasar regional dengan strategi utama melalui peningkatan ekspor produk industri agro serta mengurangi ketergantungan impor bahan baku, bahan penolong, dan barang modal,” tandas Menperin.
Untuk itu pihaknya melakukan sejumlah langkah strategis di antaranya adalah penguatan kemampuan industri agro yang berfokus pada perbaikan sektor hulu pertanian dan penerapan teknologi industri 4.0.
“Meningkatkan efisiensi value-chain dengan membangun jaringan cold-chain yang lebih baik, serta peningkatan produksi industri agro modern dengan inovasi produk didukung dengan insentif super deduction tax untuk research and development (R&D),” tutur Menperin.
Di samping itu, juga dilakukan upaya untuk memperkuat daya saing produk industri agro dari segi kualitas, harga, dan kemampuan delivery dalam rangka memenuhi pasar ASEAN dan global, serta meningkatkan kemampuan SDM, teknis dan teknologi industri agro guna memperkuat kemampuan produksi nasional di pasar global.
“Pada tahun 2020-2022 sektor industri agro yang akan didorong penurunan impornya adalah industri pengolahan susu, industri pengolahan buah, industri gula berbasis tebu, dan industri kertas sebesar 20,54 persen atau senilai Rp32.862,35 miliar,” kata Menperin.
Selain itu, upaya yang dipacu adalah penambahan produksi untuk keempat jenis produksi tersebut sebesar Rp120.019,81 miliar atau naik 35,29 persen dibandingkan tahun 2019. Langkah selanjutnya mendorong realisasi investasi sebanyak 25 proyek dengan total nilai investasi sebesar Rp30 triliun.