Jumat 11 Dec 2020 03:12 WIB

Konsumsi Sagu Harus Meningkat Jika Ingin Kembangkan Industri

Sagu bisa menjadi substitusi impor gandum dan terigu.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Dua orang pekerja tengah memotong pohon sagu
Dua orang pekerja tengah memotong pohon sagu

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Direktur Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Abdul Rochim, mengatakan, konsumsi sagu dalam negeri perlu ditingkatkan untuk bisa memantik tumbuhnya industrialisasi produk berbahan sagu. Ia menuturkan, setidaknya sagu pada tahap awal bisa menjadi substitusi impor terigu.

"Perlu ada peningkatan konsumsi sagu. Sudah dimulai oleh Bulog dengan produksi mie sagu, dan ini bisa disosialisasikan di daerah yang berbasis sagu," kata Abdul dalam webinar Pekan Sagu Nusantara, Kamis (10/12).

Baca Juga

Ia mengatakan, total nilai impor gandum dan terigu ke Indonesia setiap tahunnya mencapai lebih dari Rp 40 triliun. Jika sagu bisa menutup 5 persen dari kebutuhan itu sebagai substitusi impor, maka nilainya bisa mencapai Rp 5 triliun dan membantu dalam menghemat devisa negara.

Menurut Abdul, hal itu sangat dimungkinkan lantara potensi luas perkebunan sagu di Indonesia mencapai 5,5 juta hektare (ha) dengan rata-rata produksi 460 ribu ton per tahun. Kawasan lumbung sagu tersebar di Papua dan Papua Barat, Riau, Kalimantan Barat dan Bangka Belitung.

"Kita terus dorong substitusi dengan sagu, syukur-syukur ada produk pangan baru berbais sagu di wilayah produksi sagu," katanya.

Selain itu, Abdul menyampaikan, sagu juga bis menjadi sumber bahan bakar biofuel. Pengembangan sagu menjadi bahan bakar utamanya akan dilakukan di wilayah produksi pesisir selatan pulau Papua karena tingkat produktivitasnya yang kurang maksimal.

Sementara, di pesisir utara akan difokuskan untuk pangan karena memiliki produktivitas yang baik yakni mencapai 10 ton per hektare per tahun. "Sagu punya keunggulan karena sangat mudah diolah menjadi pangan maupun bisa untuk kebutuhan energi," katanya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement