Sabtu 12 Dec 2020 04:53 WIB

Waspada! Calon Investor di Daerah Jadi Incaran Penipu

Jumlah investor saham di masa pandemi tumbuh signifikan.

Red: Nidia Zuraya
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya (ilustrasi). Para investor dan calon investor saham di daerah kini menjadi incaran penipu dengan berbagai modus yang dapat merugikan.
Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya (ilustrasi). Para investor dan calon investor saham di daerah kini menjadi incaran penipu dengan berbagai modus yang dapat merugikan.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Head of Marketing PT Indo Premier Sekuritas Paramita Sari mengatakan para investor dan calon investor saham di daerah kini menjadi incaran penipu dengan berbagai modus yang dapat merugikan. "Modus penipuan yang mengincar investor saham semakin canggih dan beragam dengan sasaran investor-investor baru di daerah. Ada berbagai modus penipuan yang menargetkan para investor saham," ujar Paramita dalam keterangan di Jakarta, Jumat (11/2).

Jumlah investor saham di masa pandemi tumbuh signifikan. Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang terbaru memperlihatkan jumlah investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) per 19 November 2020 sudah mencapai 1.503.682 investor dan khusus pada masa pandemi terjadi penambahan 417.366 Single Investor Identification (SID) atau naik sebesar 28 persen sepanjang 2020.

Baca Juga

Angka-angka pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa investasi saham menjadi pilihan investasi masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia di tengah ancaman pandemi Covid-19. Daya tarik masyarakat Indonesia untuk berinvestasi saham yang terus meningkat itu tertopang oleh kemudahan dan keterjangkauan modal dalam investasi saham.

Namun di tengah kemudahan investasi saham yang sudah bisa dilakukan secara online berbasis aplikasi dengan ponsel pintar dan keterjangkauan modal investasi, investor saham perlu mewaspadai berbagai modus penipuan yang kini mengintai.

Paramita menjelaskan awalnya sasaran utama para penipu adalah membobol akun para investor. Mereka ini mengincar username, password dan secure PIN yang sifatnya pribadi atau personal.

Penipu biasanya menghubungi korban dengan mengaku sebagai karyawan resmi Indo Premier atau IPOT yang meminta username, password, secure PIN, dan data pribadi penting lainnya, padahal data-data ini sifatnya pribadi dan tidak boleh diketahui pihak lain.

Paramita menegaskan, Indo Premier tidak pernah meminta username, password dan secure PIN karena ini sifatnya pribadi.

Tak hanya berhenti di situ, modus penipuan pun memiliki wajah baru di mana penipu menduplikasi akun-akun resmi Instagram (IG) sekuritas yang sudah centang biru dengan akun-akun palsu yang secara tampilan dan isi sama persis.

"Mereka awalnya mem-follow akun-akun yang baru bergabung. Jadi jangan heran, begitu join dengan akun resmi @indopremier akan langsung difollow oleh berjibun akun-akun fake ini," ujar Paramita.

Penipu dengan akun IG palsu mengincar korban dengan mengirim pesan langsung atau Direct Message (DM) sobat IPOT yang baru follow @indopremier. Penipu bertindak seolah-olah ingin memberikan bantuan atau pertolongan.

Penipu beraksi dengan meminta data-data pribadi, mulai nomor telepon, hingga meminta foto ATM yang ujung-ujungnya juga melakukan penipuan dengan meminta korban mentransfer sejumlah uang ke rekening penipu.

Ada banyak cara yang dilakukan penipu untuk mendapatkan nomor kontak korban dan melancarkan aksinya. Dalam menjalankan aksinya penipu menghubungi korban dan dengan nada manis mereka seolah-olah ingin memberikan bantuan yang ujung-ujungnya meminta korban mentransfer sejumlah uang ke rekening atau virtual account (VA) penipu.

Paramita menuturkan satu-satunya tujuan transfer dana untuk investasi hanya ke Rekening Dana Nasabah (RDN) atas nama nasabah sendiri, bukan ditransfer ke rekening apa pun selain RDN sendiri.

Ia pun mengimbau para investor dan calon investor di IPOT untuk semakin waspada dengan berbagai modus penipu di tengah pandemi yang membuat banyak orang menghalalkan berbagai cara untuk menipu. Apalagi, saat ini penipu telah menyasar para korban di daerah.

"Kalau selama ini korban lebih banyak yang ada di kota-kota besar, saat ini penipu mengincar investor dan calon investor yang ada di daerah seiring dengan tumbuhnya investor-investor pemula di daerah. Oleh sebab itu, edukasi terkait ancaman nyata para penipu ini perlu digencarkan untuk diketahui secara luas oleh investor dan calon investor biar tidak ada korban-korban baru," kata Paramita.

Ia pun mengingatkan investor dan calon investor IPOT untuk makin waspada dan hati-hati. Ketika menemukan kejanggalan atau mengalami kendala tertentu terkait investasi saham, sebaiknya segera menghubungi call center resmi atau channel layanan lainnya seperti email dan akun resmi medsos bercentang biru serta yang terpenting selalu menjaga kerahasiaan data-data yang sifatnya personal.

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement