Jumat 11 Dec 2020 13:41 WIB

Pemberdayaan Perempuan dalam Ekosistem Ekonomi Digital

Salah satu tantangan melibatkan perempuan dalam ekonomi digital adalah teknofobia.

Red: Hiru Muhammad
Perempuan memiliki peranan penting dalam menyokong perekonomian dunia, termasuk di Indonesia. Studi Center For Digital Society Universitas Gadjah Mada bersama dengan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) menunjukan bahwa dengan melibatkan perempuan pada ekosistem ekonomi digital dapat memberikan kontribusi pada peningkatan inklusi keuangan, kemajuan usaha, keuangan keluarga dengan menabung, pendidikan anak, dan peranan perempuan dalam keputusan rumah tangga.
Foto: istimewa
Perempuan memiliki peranan penting dalam menyokong perekonomian dunia, termasuk di Indonesia. Studi Center For Digital Society Universitas Gadjah Mada bersama dengan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) menunjukan bahwa dengan melibatkan perempuan pada ekosistem ekonomi digital dapat memberikan kontribusi pada peningkatan inklusi keuangan, kemajuan usaha, keuangan keluarga dengan menabung, pendidikan anak, dan peranan perempuan dalam keputusan rumah tangga.

EKBIS.CO, JAKARTA--Perempuan memiliki peranan penting dalam menyokong perekonomian dunia, termasuk di Indonesia. Studi Center For Digital Society Universitas Gadjah Mada bersama dengan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) menunjukan bahwa dengan melibatkan perempuan pada ekosistem ekonomi digital dapat memberikan kontribusi pada peningkatan inklusi keuangan, kemajuan usaha, keuangan keluarga dengan menabung, pendidikan anak, dan peranan perempuan dalam keputusan rumah tangga.

Aria Widyanto, Chief Risk and Sustainability Amartha mengatakan, "Salah satu tantangan utama dalam melibatkan perempuan dalam ekosistem ekonomi  digital  adalah teknofobia. Terlepas dari keterbatasan pengetahuan serta infrastruktur teknologi di pedesaan, hambatan terbesar berasal dari ketakutan dalam menggunakan aplikasi digital untuk menjalankan aktivitas keuangan, seperti menabung, mengajukan pembiayaan, serta berdagang dan melakukan pembayaran secara online".

Selain itu, bagi perempuan di pedesaan, prinsip memegang uang tunai adalah keharusan. Prinsip tersebut didasari atas aktivitas ekonomi yang dilakukan secara tunai, selain itu akses pada ekonomi digital dirasa sangat merepotkan dan sulit diakses dalam bentuk ATM maupun internet banking.

Keterlibatan ekosistem ekonomi digital Indonesia, khususnya dalam layanan fintech pendanaan juga masih relatif rendah. Hal ini didukung data yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan tentang Perkembangan Fintech Lending pada Oktober 2020 lalu, dimana jumlah peminjam perempuan dalam fintech lending hanya 47.07 persen, dibanding laki-laki dengan persentase 52.83 persen.

Aria Widyanto menambahkan, "Amartha berupaya melibatkan lebih banyak lagi perempuan khususnya di desa dalam ekosistem ekonomi digital dengan menyediakan produk keuangan digital yang sederhana dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat desa, seperti pinjaman mikro, tabungan mikro, asuransi mikro dan lain sebagainya".

Partisipasi perempuan dalam ekosistem ekonomi digital melalui Amartha adalah pembiayaan untuk modal usaha produktif mulai dari 3 juta rupiah. Mitra akan mendapatkan modal secara utuh tanpa potongan, tanpa jaminan, serta  adanya  pelatihan serta pendampingan secara rutin agar  mitra dapat mandiri dan sejahtera.  Atas inisiatif tersebut Amartha meraih penghargaan sebagai  salah  satu  perusahaan yang mendorong kesetaraan gender dalam kegiatan bisnisnya melalui kategori Gender-Responsive Marketplace dari United Nations Women (UN Women) dalam penghargaan Women's Empowerment Principles Awards 2020.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement