EKBIS.CO, JAKARTA -- Indonesia Tourusim Forum (ITF) meluncurkan buku berjudul Kepariwisataan NTT Menuju Kelas Dunia pada Selasa (22/12). Buku tersebut ditulis oleh Chairman Indonesia Tourism Forum (ITF) Sapta Nirwandar bersama Staf Ahli bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kemenparekraf, Frans Teguh.
Buku tersebut mengekplor potensi dan kapasitas kepariwisataan sekaligus menjawab tantangan-tantangan dengan membedah langkah-langkah strategis dalam mengelola potensi dan ekosistem pariwisata, mengembangkan kualitas sumber daya manusia, memasarkan dengan efektif, memanfaatkan digital sekaligus beradaptasi di era normal baru.
Chairman Indonesia Tourism Forum (ITF), Sapta Nirwandar, mengatakan, NTT memiliki aset alam dan budaya yang besar. Setidaknya terdapat 1.192 pulau yang merupakan rangkaian pulau yang sering dijuluki ring of beauty.
Pulau-pulau NTT dikenal dengan nama Flobamora yang mencakup kepulauan Flores, Sumba, Timor, Alor, dengan segala otentisitas dan keunikannya, baik di daratan maupun perairannya, layak menjadi destinasi kelas dunia.
"Dengan semua keunggulan itu, kita patut sekali lagi bertanya: mau dibawa ke mana kepariwisataan NTT? Beragam tantangan mewarnai perjalanan menjadi destinasi kelas dunia," kata Sapta dalam peluncuran buku yang digelar di Hotel Pullman Jakarta, Selasa siang.
Ia menjelaskan, kekaguman, cinta dan rejana serta komitment pembangunan kepariwisataan NTT dipaparkan secara lugas oleh Viktor B Laiskodat (Gubernur NTT), I Gede Ardika (Menteri Kebudayaan dan Pariwisata 2000-2004), Saleh Husin (Menteri Perindustrian 2014-2016), Sonny Keraf (Menteri LHK 1999-2001), Komisaris Pol Purn Gories Mere (Staf Khusus Presiden 2015-2019), dan Rikard Bagun (Direktur Utama Kompas TV).
Ke depan, kata dia, NTT sebagai destinasi kelas dunia seyogianya memastikan seluruh komponen, elemen rantai nilai, dan ekosistem kepariwisataan mampu secara konsisten menghadirkan pengalaman yang holistik dan otentik.
"Tentu dengan tetap berfokus pada kualitas lingkungan, kepuasan pengunjung, dan kesejahteraan masyarakat," kata Sapta.
Ia mengatakan, masa pandemi Covid-19 saat ini belum berakhir, namun upaya kebangkitan kepariwisataan NTT dapat terus berlanjut. "Semoga buku ini dapat semakin memantapkan langkah NTT menuju kepariwisataan berkelas dunia, seraya tetap menitikberatkan pada aspek keberlanjutan dan kesejahteraan bagi masyarakat," ujarnya.
Karena itu, kata dia, model pengembangan kepariwisataan berbasis masyarakat dan kepariwisataan berkelanjutan harus dilakukan dan dipastikan penerapannya secara serius oleh para pihak seperti masyarakat, pelaku usaha, akademisi, media, pemerintah daerah, dan kementerian lembaga.
"Topik ulasan dalam buku ini seirama dengan semangat Komitmen, kepemimpinan, kolaborasi dan sinergi yang merupakan kunci membangun kepariwisataan yang berkualitas dan berkelanjutan," ujarnya.
Sapta mengatakan, pariwisataan NTT harus hadir dalam wujud destinasi yang berkualitas, produk wisata dengan DNA lokal yang unik, dan penyelenggaraan event berstandar internasional. Pariwisata NTT juga harus mendorong champion lokal yang berkarakter, serta manusia yang unggul, profesional dan memiliki sense of hospitality dan berjiwa wirausaha, penyajian informasi dan interpretasi yang berbobot, didukung dengan penerapan tata kelola dan manajemen destinasi yang pofesional dlm rantai nilai dan ekosistem pariwisata yang handal.
Selain itu, pemasaran yang cerdas dan bertanggungjawab harus mampu memastikan karakter kepariwisataan dengan sintesa local is new global, virtual is new reality, resilience is indeed the sustainability and trust is new currency melalui penerapan protokol kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan.
"Buku ini sekaligus kado ulang tahun provinsi NTT. Langkah pasti menjadikan kepariwisataan untuk membangun daerah dan nusantara," ujarnya.