EKBIS.CO, JAKARTA -- Jelang akhir tahun, pandemi Covid-19 masih terus berlangsung di Indonesia. Selain krisis kesehatan, Covid-19 juga mengantarkan negeri ini pada resesi ekonomi yang mengakibatkan banyaknya pelaku usaha mengalami kerugian. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya guna menyelamatkan ekonomi, di mana Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang menjadi prioritasnya. Seperti diketahui, lebih dari 99 persen usaha di Indonesia berasal dari UMKM.
Saat ini, UMKM ditantang untuk bertahan dalam berbagai tekanan serta beradaptasi dengan segala kondisi termasuk ketidakpastian terkait jangka waktu pandemi. UMKM juga diharapkan mampu menjadikan krisis ini sebagai ajang menempa diri. Salah satunya dengan menambah pengetahuan bisnis agar bisa bertahan di masa pandemi.
Di tengah pandemi, UMKM khususnya yang masih bergerak di lini konvensional perlu untuk segera mendigitalisasi setiap tahapan bisnis. Menurut Laporan Survei Internet APJII 2019- 2020 (Q2), belanja daring merupakan alasan terbesar mengapa masyarakat Indonesia menggunakan internet.
Sebanyak 43,2 persen masyarakat Indonesia mencari produk pangan saat belanja daring, 25 persen mencari produk fesyen dan kecantikan, serta 6,5 persen untuk produk rumah tangga.
"Ini adalah peluang bagi UMKM yang sebelumnya bergerak secara konvensional untuk mulai memasarkan produknya di internet," ungkap pendiri sekaligus CEO Hugaf.com, Dimas Nur Panca, dalam siaran persnya, Senin (28/12).
Beberapa channel yang bisa dimanfaatkan UMKM untuk memasarkan bisnisnya yaitu marketplace dan media sosial seperti Facebook dan Instagram. Keduanya memang tengah menjadi tren sejak beberapa tahun terakhir.
Dimas juga menambahkan, untuk bisa bertahan sekaligus bersaing di era digital, pegiat UMKM juga perlu strategi pemasaran lain. Selain memanfaatkan marketplace dan media sosial, UMKM sebaiknya mulai memperkuat strategi pemasaran dengan memiliki website sendiri.
Dibandingkan dengan marketplace dan media sosial, situs dapat membantu UMKM meningkatkan kredibilitas bisnis. Konsumen dapat dengan mudah mengingat brand atau nama usaha atau domain website sehingga potensi untuk konsumen berbelanja kembali lebih tinggi.
Tidak hanya itu, kontrol sepenuhnya ada pada pemilik website, di mana pelaku usaha dapat membuat konten atau promosi dalam bentuk apapun sesuai kebutuhan. "Banyak informasi produk yang bisa ditampilkan kalau punya website sendiri. Ada banyak tools yang bisa dimanfaatkan juga," ujar Emir Aprian selaku Co-Founder Hugaf.com.
Memiliki website sendiri tentu memerlukan sejumlah biaya, sementara pandemi mendorong pelaku usaha untuk lebih bijak dalam mengatur keuangan bisnisnya. "Hugaf ingin bergerak bersama pemerintah meringankan dampak pandemi yang dirasakan UMKM saat ini. Tentunya dengan memberikan layanan terbaik dan harga yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan," ungkap Emir.