Namun, porsi saham publik nantinya akan terdilusi menjadi 4,4 persen pada saat legal merger tanggal 1 Februari 2021. Direktur Utama BRI Syariah, Ngatari menyampaikan saham publik BRIS akan terdilusi seiring dengan perubahan kepemilikan saat merger.
"Saat ini saham publik memiliki porsi 23,3 persen, jadi akan terdilusi," katanya dalam konferensi pers Public Expose BRIS, Kamis (5/11).
Namun demikian, jumlah ini kemungkinan akan kembali ditambah seiring dengan kewajiban minimal porsi saham publik perusahaan setelah merger yakni sekitar 7,5 persen. Hery pun sudah menghembuskan rencana menaikannya hingga 20 persen dan akan melaksanakan right issue.
Meski ia tidak menyebutkan dengan pasti kapan rencana Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) tersebut akan dilakukan. Menurutnya perusahaan sedang fokus pada berbagai proses penggabungan sebelum resmi terintegrasi.
Dalam ringkasan rencana merger, komposisi pemegang saham pada Bank Hasil Penggabungan adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) sebesar 51,2 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) sebesar 25,0 persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 17,4 persen, DPLK BRI - Saham Syariah sebesar dua persen dan publik sebesar 4,4 persen.