EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong produsen tahu dan tempe agar terus meningkatkan produktivitasnya secara higienis dan efisien. Langkah itu diwujudkan melalui pelaksanaan berbagai program pembinaan, seperti pendampingan, bimbingan teknis produksi, dan sertifikasi keamanan pangan.
“Cara pengolahan yang mudah, mesin dan peralatan yang sederhana, membuat tahu tempe banyak diproduksi di seluruh pelosok Tanah Air. Dominannya berada di Pulau Jawa, yakni di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Sebagian besar merupakan pelaku skala kecil,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Rabu (6/1).
Ia menjelaskan, tahu dan tempe merupakan produk makanan olahan yang berasal dari kedelai. Kedua produk tersebut sangat familiar bagi penduduk Indonesia, bahkan dikonsumsi dalam jumlah cukup tinggi.
“Hal ini tampak dari konsumsi tahu per kapita per minggu sebesar 0,15 kg. Lalu konsumsi tempe per kapita per minggu sebesar 0,14 kg,” ungkapnya.
Selain karena harga yang terjangkau, kata dia, tahu dan tempe juga mengandung banyak kandungan gizi. “Hampir 90 persen kedelai di Indonesia digunakan dalam pembuatan tahu dan tempe, sedangkan sisanya untuk produk lainnya seperti tauco dan kecap,” kata Gati.
Guna meningkatkan produktivitas IKM tahu dan tempe, Kemenperin juga mendorong penerapan teknologi tepat guna, fasilitasi mesin dan peralatan, serta pemanfaatan program restrukturisasi mesin dan peralatan. “Tidak hanya itu, dalam rangka penumbuhan wirausaha baru IKM tahu tempe dan produk olahan turunan tahu tempe, juga diberikan pembinaan SDM dan teknologi produksi seperti pelatihan manajemen dan teknis produksi serta diversifikasi produk,” jelasnya.