Selain mendapatkan pangsa pasar baru, Indonesia juga dapat memperoleh penghapusan dan / atau pengurangan tarif impor untuk beberapa produk Indonesia. Baik untuk yang selama ini sudah tercantum dalam kemitraan RCEP maupun kemitraan bilateral seperti dengan Australia.
Di sisi lain, Pingkan menambahkan, Indonesia harus mempertimbangkan negara-negara non tradisional yang berpotensi besar untuk menyerap produk-produk ekspornya. Pemerintah perlu terus menganalisis dengan baik seputar keuntungan yang selama ini telah diperoleh dari transaksi perdagangan internasional dengan negara non tradisional.
"Perlu adanya upaya untuk membentuk segmen pasar dalam negeri yang mampu menyediakan kebutuhan-kebutuhan negara non tradisional," ujarnya.
Dalam hal ini, Pingkan menekankan, Indonesia dapat menyasar negara yang membutuhkan barang-barang yang diproduksi Indonesia seperti pangan olahan. Tidak hanya itu, Indonesia dapat menyasar negara tujuan dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang bagus, sehingga mampu memberikan peluang bagus untuk surplus perdagangan Indonesia.
Negara-negara seperti Kazakhstan, Kenya dan Tanzania memiliki peluang yang bagus menjadi tujuan ekspor. Sebab, ketiga negara ini diprediksi akan mengalami pertumbuhan jumlah penduduk kelas menengah dan juga memiliki kondisi perekonomian yang cukup stabil dalam beberapa tahun ke belakang.
Pingkan mengatakan, belum lagi untuk negara di kawasan Afrika yang sekarang ini tengah mengalami pertumbuhan penduduk relatif cepat. "Sehingga diprediksi kebutuhan akan produk-produk tertentu pun akan meningkat," ucapnya.