Julian Evans-Pritchard dari Capital Economics menyebutkan, kekuatan ekspor China saat ini tidak mungkin berlangsung tanpa batas waktu. Impor akan cenderung turun kembali karena pemerintah mengurangi pengeluaran yang tinggi dan dukungannya untuk kegiatan ekonomi.
Khusus pada Desember, ekspor China secara keseluruhan melonjak 18,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi 281,9 miliar dolar AS. Impor naik 6,5 persen menjadi 203,7 miliar dolar AS, mencerminkan pemulihan permintaan konsumen China setelah Partai Komunis yang berkuasa membuka kembali pabrik, pusat perbelanjaan, kantor dan dealer mobil.
Ekspor China ke AS pada Desember mencapai 4,6 miliar dolar AS. Sedangkan, impor barang-barang Negeri Paman Sam mencapai 1,6 miliar dolar AS, sehingga China surplus 3 miliar dolar AS.
Administrasi Umum Kepabeanan China mengatakan, China mencatatkan pencapaian luar biasa dalam perdagangan luar negeri yang tidak datang dengan mudah. Lembaga ini juga memperingatkan agar tidak berpuas diri mengingat situasi ekonomi global yang masih serius dan kompleks.
Terpilihnya Joe Biden untuk menggantikan Presiden Donald Trump telah menimbulkan pertanyaan mengenai selisih Beijing dengan Washington di kemudian hari. Ekonom dan analis politik memperkirakan, akan ada sedikit perubahan karena rasa frustasi yang meluas di Washington terkait kinerja perdagangan.
Pada Fase 1 pada Januari lalu, Beijing berjanji untuk membeli lebih banyak prpduk ekspor Amerika. Langkah ini bertujuan mengakhiri perang tarif terhadap komoditas kedua negara. Mereka sepakat menunda kenaikan tarif yang sebelumnya sudah direncanakan.