Rabu 27 Jan 2021 17:55 WIB

Mengenal Tim Ekonomi Biden dengan 4 Perempuan

Tim ekonomi Biden menghadapi kondisi yang lebih buruk dibandingkan Perang Dunia II.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fuji Pratiwi
 Presiden AS Joe Biden. Dalam tim ekonominya, Joe Biden menunjuk empat wanita dari lima orang yang ada.
Foto:

3. Neera Tanden, Kantor Manajemen dan Anggaran

Neera Tanden akan dihadapkan pada tugas rumit untuk mewujudkan prioritas kebijakan melalui anggaran federal.

Saat ini adalah kepala lembaga pemikir liberal Washington, Center for American Progress, wanita berusia 50 tahun itu akan menjadi wanita kulit berwarna pertama dan orang Amerika-Asia Selatan pertama yang memimpin kantor manajemen dan anggaran.

Saat mengumumkan pencalonannya, Biden mengatakan masa kecil Tanden yang dibesarkan oleh seorang ibu tunggal yang bergantung pada program bantuan publik akan memberinya wawasan kunci untuk perannya dalam mengawasi pengeluaran pemerintah federal.

Pengacara lulusan Universitas Yale ini juga bekerja dalam reformasi perawatan kesehatan di bawah pemerintahan Obama dan merupakan asisten lama Hillary Clinton.

 

4. Cecilia Rouse, Dewan Penasihat Ekonomi

Ekonom Princeton Cecilia Rouse (57 tahun), pilihan Biden untuk menjadi ketua Dewan Penasihat Ekonomi, terkenal karena menangani masalah ketidaksetaraan dan persinggungannya dengan ras, gender, pendidikan, dan masalah lainnya.

Makalahnya yang paling terkenal menunjukkan blind audition meningkatkan perekrutan wanita di orkestra. Pekerjaannya yang lain telah memeriksa pengeluaran sekolah dan pengaruh beasiswa pada mahasiswa.

Dekan Sekolah Urusan Publik dan Internasional di Princeton, ini menjalankan tugas di pemerintahan di bawah mantan presiden Bill Clinton. Ia juga bekerja pada masalah-masalah seperti pengangguran jangka panjang sebagai penasihat ekonomi untuk mantan presiden Obama.

Dia akan menjadi orang Afrika-Amerika pertama yang memimpin dewan dalam sejarahnya.

 

5. Katherine Tai, Perwakilan Dagang Amerika Serikat

Katherine Tai akan menjadi negosiator perdagangan teratas Amerika, memimpin kantor yang sebelumnya dia jabat sebagai pengacara yang menangani keluhan AS tentang perdagangan China.

Dia meninggalkan kantor tersebut pada 2014, tetapi tetap terlibat dalam masalah perdagangan sebagai asisten kongres Demokrat karena muncul sebagai pemain kunci dalam perang perdagangan Donald Trump.

Tai mendapat pujian karena membantu merundingkan ketentuan hak-hak tenaga kerja yang ditambahkan ke perjanjian perdagangan terbaru Trump antara AS, Kanada, dan Meksiko. 

Dalam peran barunya, fokusnya kemungkinan akan kembali ke China, tempat orang tuanya lahir dan di mana dia mengajar bahasa Inggris selama dua tahun pada 1990-an.

Dalam menghadapi ekonomi kelas berat. Ia mengatakan strategi pemerintahan Trump terlalu mengandalkan pada langkah-langkah defensif, seperti tarif. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement