Senin 01 Feb 2021 17:06 WIB

Petani: Cuaca Ganggu Produksi dan Distribusi Cabai

Cuaca yang tidak menentu menyebabkan pengiriman cabai dari sentra produksi tertunda.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) menuturkan, produksi cabai dari para petani sudah dimulai seiring masuknya musim panen. Namun, faktor cuaca ekstrem mengambat proses panen dan distribusi.
Foto: ANTARA/Ahmad Subaidi
Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) menuturkan, produksi cabai dari para petani sudah dimulai seiring masuknya musim panen. Namun, faktor cuaca ekstrem mengambat proses panen dan distribusi.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) menuturkan, produksi cabai dari para petani sudah dimulai seiring masuknya musim panen. Namun, faktor cuaca ekstrem mengambat proses panen dan distribusi.

Ketua AACI, Abdul Hamid, mengatakan, harga cabai di tingkat petani sempat turun pada pekan lalu. Khusus cabai rawit, dari semula sekitar Rp 35 ribu per kilogram (kg) turun menjadi Rp 13 ribu per kg. Dengan harga tersebut, tingkat harga di pedagang pasar lokal Rp 17-Rp 20 ribu per kg dan di pasar induk Rp 30-Rp 35 ribu per kg.

Baca Juga

Adapun saat ini, harga di tingkat petani kembali naik menjadi Rp 25 ribu per kg sehingga di pedagang lokal Rp 17 ribu-Rp 30 ribu per kg. Adapun di pasar induk menjadi Rp 45 ribu per kg.

"Ini tinggi sekali kenaikannya, begitu saya cek, ternyata barang memang tidak masuk ke pasar," kata Abdul kepada Republika.co.id, Senin (1/2).

Ia mengatakan, terhambatnya distribusi karena faktor cuaca di wilayah sentra produksi. Itu membuat adanya penundaan panen dan berimbas pada penundaan kirim.

Menurut dia, kendala cuaca tidak bisa diatasi. Salah satu solusi yang ditawarkan AACI dengan membuat wilayah penamaman cadangan sebagai stok penyangga. "Ini memang sudah harus pemerintah yang mengkoordinasikan, harus bersama-sama ada back up," katanya.

Adapun komoditas yang paling sensitif yakni cabai rawit merah. Ia mengatakan, cabai rawit merah paling banyak digunakan konsumen individu maupun industri hotel, restoran, dan katering. Karena itu, ketika suplai bergeser tidak sesuai kebutuhan, harga akan melonjak naik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement