EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah saat ini sedang menggodok pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro. Salah satu dampak dari pembentukan holding ini bisa meningkatkan digitalisasi data nasabah dan bisa memberikan akses kredit yang lebih luas kepada masyarakat.
Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Arief Mulyadi menjelaskan, holding BUMN ini akan membantu perusahaannya mengembangkan sistem digital dalam melayani nasabah. Berdasarkan data nasabah hingga Desember 2020, tercatat ada 7,8 juta nasabah.
Dari jumlah tersebut hanya ada sekitar satu juta nasabah yang memiliki telepon genggam. Lebih spesifik, hanya 60 persen nasabah dari jumlah itu yang memiliki ponsel pintar.
"Hanya satu juta lebih sedikit nasabah yang punya handphone. Nah, yang punya smartphone ini cuma 60 persen dari yang satu juta lebih sedikit itu," kata Arief di Komisi VI DPR RI, Senin (8/2).
Sehingga, dengan adanya holding ultra mikro dengan Bank BRI dan Pegadaian, Arief menilai, proses digitalisasi kepada nasabah akan menjadi lebih mudah. Skema IT yang dipakai di dua perusahaan tersebut bisa menjadi mengurangi biaya investasi dan mendorong efisiensi.
"Kami tak perlu bangun sendiri infrastruktur IT dan bisa menggunakan apa yang sudah dimiliki BRI," kata dia.
Saat ini proses digitalisasi yang berjalan di PNM baru bisa diakses para agen PNM di daerah. Setidaknya ada 42 ribu pegawai PNM yang bisa mengakses layanan digital.
Sementara transaksi agen dengan nasabah masih berjalan konvensional. Arief menambahkan, per hari ini, 95 persen pembiayaan yang diberikan PNM dibayarkan secara tunai. "Per hari ini sebagian besar, 95 persen, (pinjaman) masih kami bayarkan tunai," kata dia.
Sementara itu 15 sisanya sudah mulai pembayaran cicilan melalui transfer lewat bank. Mereka inilah nasabah PNM yang sudah naik kelas dengan plafon pinjaman di atas Rp 5 juta.