Ia menyebutkan, terdapat lima produk ekspor dengan pertumbuhan positif tertinggi pada 2020/2019 secara year on year (yoy). Meliputi besi baja tumbuh sebesar 46,84 persen, perhiasan 24,21 persen, minyak sawit mentah (CPO) 17,5 persen, furnitur 11,64 persen, serta alas kaki tumbuh sebesar 8,97 persen.
Lutfi menambahkan, pada 2020, komoditas besi baja menempati urutan ketiga di ekspor nonmigas Indonesia. Kontribusinya sebesar 7 persen atau senilai 10,85 miliar dolar AS.
Indonesia, kata dia, merupakan negara penghasil komoditas besi dan baja terbesar kedua di dunia setelah China. Bahkan 70 persen lebih besi baja Indonesia diekspor ke China.
Komoditas perusahaan juga menjadi andalan Indonesia. Produk perhiasan pada 2020 menempati urutan kelima pada ekspor nonmigas Indonesia, kontribusinya sebesar 5,3 persen dengan nilai 8,2 miliar dolar AS. Hampir 80 persen produk perhiasan diekspor ke Singapura, Swiss, dan Jepang.
Kemudian demi memastikan ekspor terus berjalan, pemerintah akan terus mengawal dan memastikan pengamanan perdagangan beragam produk Indonesia di luar negeri melalui diplomasi perdagangan. "Selama pandemi Covid-19, tercatat ada 37 kasus pengamanan perdagangan dari 14 negara, terdiri dari 24 kasus antidumping dan 13 kasus safeguard," tutur Lutfi.
Ia menegaskan, pemerintah juga berkomitmen menjalani proses baku penyelesaian sengketa di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Sengketan itu terkait bahan mentah Indonesia dan hambatan perdagangan produk biodiesel berbahan baku minyak sawit oleh Uni Eropa.