EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengungkapkan empat strategi yang harus dipenuhi lembaga keuangan syariah khususnya perbankan syariah agar menjadi raksasa di sektor keuangan. “Kalau itu bisa dilakukan otomatis market share perbankan syariah akan mendominasi,” kata Wimboh Santoso dalam webinar perbankan syariah di Jakarta, Rabu (10/2).
Menurut dia, empat strategi itu adalah produk yang bervariasi, harga yang murah, kualitas produk yang bagus dan layanan bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat. Wimboh melanjutkan Indonesia memiliki skala lembaga keuangan syariah yang kompetitif dan memiliki empat strategi tersebut yakni lahirnya Bank Syariah Indonesia (BSI) hasil merger tiga anak usaha bank BUMN yakni Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah dan BNI Syariah.
Ia mengibaratkan BSI sebagai bayi yang baru lahir namun bersiap menjadi raksasa besar. “Ini baru satu step, kelahiran sebuah bayi baru. Kita harapkan ini menjadi raksasa besar yang diidamkan masyarakat sudah cukup lama,” katanya.
Untuk mendukung kinerja, ia mendorong agar BSI menggarap UMKM sebagai salah satu bisnis utama yang menunjang empat strategi tersebut. Wimboh menyebut sejak tahun 2000, ada cita-cita mendorong perbankan syariah memiliki pangsa pasar 20 persen yang hingga kini masih sulit diwujudkan.
Adapun tantangannya, kata dia, belum terbentuknya ekosistem syariah yang terbangun solid, tidak hanya dari lembaga keuangan tetapi juga ekonomi dan keuangan syariah hingga gaya hidup syariah.
“Ibaratnya lembaga keuangan (syariah) seperti bus, tapi orang yang diangkut belum cukup, sehingga tidak penuh, otomatis tidak ekonomis,” katanya.
OJK mencatat proporsi total aset keuangan syariah baru mencapai 9,9 persen, sedangkan sisanya dimiliki keuangan konvensional, padahal Indonesia memiliki potensi besar yakni 87 persen atau sekitar 230 juta jiwa adalah Muslim.
Sementara itu, literasi dan inklusi terkait syariah juga tergolong rendah yakni masing-masing 8,93 persen dan 9,1 persen. Sedangkan literasi dan inklusi nasional masing-masing mencapai 38,03 persen dan 76,19 persen.
Selain itu, tantangan lain dalam mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan syariah adalah mendorong permodalan karena enam bank syariah memiliki modal inti kurang dari Rp2 triliun dari total 14 bank umum syariah per Desember 2020.
Kemudian, terbatasnya SDM industri keuangan syariah, daya saing produk dan layanan keuangan syariah serta rendahnya riset dan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
OJK menaruh harapan besar kepada BSI dalam menjawab tantangan tersebut setelah resmi dibentuk dan mulai beroperasi dengan nama baru pada 1 Februari 2021.
Per Desember 2020, BSI memiliki aset Rp239,73 triliun, dengan total kelolaan dana pihak ketiga mencapai Rp209,9 triliun, pembiayaan Rp156,52 triliun dan laba bersih mencapai Rp2,19 triliun.
Saat ini, BSI menduduki peringkat ke-7 sebagai bank nasional dengan aset terbesar di Tanah Air dan menargetkan menjadi salah satu besar pemain keuangan syariah regional dan global.