Sebaliknya, ada beberapa komoditas nonmigas yang mencatatkan penurunan harga. Minyak kelapa sawit, misalnya. "Secara month to month (Januari 2021 dibandingkan Desember 2020, red) turun 2,56 persen, tapi year on year (Januari 2021 dibandingkan Januari 2020, red) naik 18,62 persen," ujar Suhariyanto.
Dalam rilis sebelumnya, BPS mencatat, neraca perdagangan Indonesia sepanjang tahun lalu mengalami surplus 21,74 miliar dolar AS. Surplus ini mencatatkan rekor tertinggi selama sembilan tahun terakhir.
Ketua BPS Suhariyanto mengatakan, surplus yang tinggi pada tahun lalu merupakan tertinggi sejak 2011. "Saat itu, neraca kita surplus 26,06 miliar dolar AS," tuturnya dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (15/1).
Kinerja neraca dagang yang mengalami surplus tahun lalu dikarenakan kontraksi impor lebih dalam. Penurunannya mencapai 17,34 persen dibandingkan 2019 menjadi 141,5 miliar dolar AS. Penyusutan terutama terjadi pada impor bahan baku/penolong yang memiliki peranan 72,91 persen terhadap keseluruhan impor, yakni turun 18,32 persen menjadi 103,21 miliar dolar AS.
Sementara itu, kinerja ekspor sepanjang 2020 pun mengalami pertumbuhan negatif. Hanya saja, penurunannya lebih landai, yakni 2,61 persen menjadi 163,3 miliar dolar AS.