Saham Facebook Inc turun 2% pada Kamis (18/2/2021) waktu setempat karena Wall Street menilai konsekuensi luas pemblokiran konten berita di Australia.
Eskalasi mengejutkan dari konflik antara undang-undang yang mengharuskan Facebook dan Google membayar outlet berita menuai kecaman media, politisi, dan kelompok hak asasi manusia di Australia.
Melansir Reuters, Jumat (19/2/2021), Analis Bernstein, Mark Shmulik mengatakan, "Investor cenderung menilai sikap Facebook terhadap undang-undang sebagai langkah bijaksana."
Baca Juga: Wih Keren, Wilayah Ini Mulai Terima Pajak Pakai Bitcoin dan Ethereum!
Baca Juga: 'Masa Depan Bitcoin Menjanjikan', Kata ....
Facebook menandai risiko komersial seputar hak cipta dan moderasi konten secara konsisten kepada investor dalam beberapa tahun terakhir sambil mengatasi kejatuhan hubungan masyarakat karena pendapatan iklannya melonjak.
Shmulik berujar, "Meski saya yakin Facebook mengatakan tautan berita hanya mencakup 4% konten, bahaya di sini adalah jika negara lain menerapkan undang-undang serupa dengan definisi tentang definisi lebih luas."
Asal tahu saja, kini Facebook dan Google mengontrol lebih dari setengah pasar periklanan digital global. Tahun lalu saja, Facebook meraup lebih dari 84 milair dolar AS dari penjualan iklan.
Analis Summit Insights Group, Jonathan Kees mengatakan, Facebook tak bergantung pada berita seperti Google, pengiklannya akan bertahan selama komunitas pengguna tetap terlibat dengan platform melalui unggahan dan berbagi konten."