Kamis 04 Mar 2021 16:07 WIB

Jokowi Benci Produk Luar Negeri, Ikappi: Ini yang Ditunggu

Krisis ekonomi akan terus terjadi selama negara tak mendukung produk lokal.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Pelaku UMKM merapikan kain tenun yang dijualnya dalam acara Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2021 Eksotisme Lombok di kawasan destinasi pariwisata super prioritas (DPSP) The Mandalika, Praya, Lombok Tengah, NTB, Rabu (3/3/2021). KKI 2021 Eksotisme Lombok dengan tema Sinergi, Globalisasi, dan Digitalisasi UMKM dan Sektor Pariwisata itu bertujuan untuk mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Berwisata #DiIndonesiaAja.
Foto: Aprillio Akbar/ANTARA
Pelaku UMKM merapikan kain tenun yang dijualnya dalam acara Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2021 Eksotisme Lombok di kawasan destinasi pariwisata super prioritas (DPSP) The Mandalika, Praya, Lombok Tengah, NTB, Rabu (3/3/2021). KKI 2021 Eksotisme Lombok dengan tema Sinergi, Globalisasi, dan Digitalisasi UMKM dan Sektor Pariwisata itu bertujuan untuk mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Berwisata #DiIndonesiaAja.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) merespons baik pernyataan presiden yang menyatakan bahwa masyarakat harus mulai membenci produk-produk luar negeri. Masyarakat harus mulai mencintai produk asli UMKM dalam negeri. 

"Ini yang kami tunggu, setelah 10 tahun kami menggelorakan gerakkan ayo kembali belanja ke pasar tradisional dan  ayo belanja ke warung rumahan untuk cintai produk dalam negeri dan produk-produk umkm sendiri," kata Ketua Bidang Organisasi DPP Ikappi, Muhammad Ainun Najib, dalam keterangan resmi diterima Republika.co.id, Kamis (4/3).

Ia mengatakan, hal ajakan dari Presiden Joko Widodo itu patut dipandang  positif dan diharapkan mendapat respons positif juga dari masyarakat untuk kembali berdiri di kaki sendiri.

"Kita semua tahu bahwa pandemi ini menggerus seluruh sektor ekonomi, jika kita tidak membangkitkan kembali sektor ekonomi maka kita tidak mungkin bertahan untuk menghadapi pandemi," ujarnya.

Ia mengatakan, krisis ekonomi akan terus terjadi selama Indonesia sendiri tidak memutarkan produk-produk asli lokal sendiri untuk di konsumsi di dalam negeri. "Maka kita harus merubah strategi untuk kembali mencintai produk kita sendiri," ujarnya.

Ainun mencontohkan, diketahui bersama 95 persen bawang putih yang dikonsumsi masih impor dari China dan beberapa komuditas lain seperti kedelai jagung dan seterusnya akan terus mengalir impor buah di dalam negeri.

Ini adalah momentum petani untuk kembali bangkit dan pulih. Masyarakat juga harus kembali sadar bahwa produk dalam negeri jauh lebih berkualitas di banding produk luar negeri ini momentum berbenah.

"Kami mengajak semua pihak untuk ikut membuat gerakan cinta produk dalam negri dan ikut membangkitkan usaha kecil menengah melalui semua media sosial yang dimiliki. Ini saatnya kita berdiri di kaki kita sendiri dan memperkuat ekonomi nasional. Ayo kembali belanja ke pasar tradisional," katanya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Kementerian Perdagangan menyiapkan kebijakan dan strategi untuk mengembangkan pasar produk nasional, khususnya UMKM. Ia pun meminta agar jajarannya mendorong masyarakat untuk mencintai dan mendukung produk-produk dalam negeri serta menggaungkan untuk membenci produk-produk luar negeri.

"Ajakan-ajakan untuk cinta produk-produk kita sendiri harus terus digaungkan. Produk-produk dalam negeri digaungkan. Gaungkan juga benci produk-produk luar negeri. Bukan hanya cinta, tapi benci. Cinta barang kita, benci produk luar negeri,” kata Jokowi saat meresmikan pembukaan rapat kerja nasional Kementerian Perdagangan di Istana Negara, Jakarta, Kamis (4/3).

Selain itu, ia juga meminta agar pusat perbelanjaan seperti mal di berbagai daerah memberikan ruang bagi produk-produk buatan Indonesia, khususnya produk UMKM. Lokasi-lokasi strategis di pusat perbelanjaan pun harus diisi oleh merek produk-produk lokal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement